Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Minus 5,32 Persen Sektor Pertanian Jadi Perioritas, Ketahanan Pangan Selalu Gagal

Redaksi
×

Minus 5,32 Persen Sektor Pertanian Jadi Perioritas, Ketahanan Pangan Selalu Gagal

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kedua jatuh pada angka minus 5,32 persen. Menilik perbandingan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua di masa pandemi Covid-19 negara Indonesia masih lebih baik dari Malaysia, Amerika, Jermain, dan Singapura. Beberapa negara kuat tersebut pertumbuhan ekonominya minus hingga dibawah 8 persen.

Presiden Joko Widodo mengatakan pertumbuhan ekonomi minus hingga mencapai 5,32 persen yang paling berdampak adalah sektor pariwisata dan penerbangan.

“Ini terlihat dari jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang turun hingga 81 persen akibat pandemi Covid-19,” ucap Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/8/2020)

Pertumbuhan ekonomi yang terus minus, apalagi jika nanti pada kuartak ketiga tahun 2020 masih minus. Negara Indonesia harus siap-siap menghadapi masa sulit yakni resesi ekonomi.

Dahlan Iskan dalam catatannya menyatakan taruhannya adalah triwulan ke-3 sekarang ini (Juli-Agustus-September). Kalau minus triwulan 3 ini juga minus resmilah Indonesia berada dalam keadaan resesi. Itu kalau kita ikut definisi bahwa resesi adalah pertumbuhan yang minus selama dua triwulan berturut-turut.

Pertumbuhan ekonomi minus 5,3 persen, masih ada beberapa sektor yang dapat tumbuh di atas 8 persen. Artinya pertumbuhan dibidang tersebut perlu dikembangkan dan dapat jadi perioritas.

“Pertanian adalah sektor yang masih tumbuh di atas 5 persen. Berarti sektor inilah yang bisa diandalkan. Dengan cara biasa-biasa saja masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” tutur Dahlan

Sementara itu, Farid Gaban mengatakan pertanian adalah kunci. Kita harus melihat GDP dalam detil per sektornya, bukan sekadar agregat keseluruhan. Dari data kita bisa melihat bahwa sektor pertanian justru tumbuh positif 16 persen.

“Padahal, inilah sektor yang cenderung dipandang sebelah mata oleh para ekonom dan pengambil kebijakan. Beberapa tahun lalu misalnya, Menteri Chatib Basri, Menteri Ekonomi-Keuangan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan pertanian sebaiknya kita abaikan saja karena sumbangannya terhadap GDP relatif kecil, “ tulis Farid dalam laman Facebooknya.

Menilik sebelumnya bahwa Presiden Joko Widodo melakukan upaya program Food Este bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Menujuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk memimpin program pengembangan Food Este. Pengembangan ketahanan pangan Food Estate dilakukan di lahan seluas 165 ribu hektar (ha).

Hal inipun ditanggapi Akademisi Universitas Sebelas Maret Ir. Rofandi Hartanto persoalan lumbung pangan sebenarnya bukan hal baru. Pada zaman Soeharto pernah merencanakan lahan padi sejuta hektor. Begitupun era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencetak Merauke menjadi lumbung pangan dan gagal.

“Ada 2 juta hektar lahan belum optimal di Pulau Jawa. Menurutnya, intensifikasi di daerah padat seperti Jawa akan lebih baik jika dilakukan. Akan lebih baik jika lokasi food estate diintensifkan di daerah padat seperti di Pulau Jawa, sebagian Sumatera, dan Sulawesi, tutur Rofandi Hartanto.

Program ketahan pangan Food Este, bisa jadi merupakan bidang pertanian yang diharapkan mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi. Namun sayangnya menilik beberapa program ketahanan pangan presiden sebelumnya, banyak yang gagal.

Penulis: Lukni