Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Unjuk Gigi Barisan Oposisi

:: Opini Barisan.co
7 Agustus 2020
dalam Opini
Chusnatul Jannah

Chusnatul Jannah

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Melihat kondisi Indonesia yang semakin memburuk, wajar bila di antara 260 juta rakyat Indonesia ini ada yang tergerak nurani dan logika berpikirnya. Para tokoh yang vokal mengoreksi kebijakan penguasa membentuk satu gerakan moral untuk menyelamatkan Indonesia. Deklarasi gerakan tersebut dinamai Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia. Di antara tokoh yang tampak hadir dalam deklarasi ialah Said Didu, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, akademisi Rocky Gerung, Habib Muchsin bin Ahmad Alatas hingga eks Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Terbentuknya deklarasi yang dihadiri ratusan tokoh nasional sangat wajar terjadi. Mengingat, pemerintahan yang dibangun era Jokowi selama dua periode sudah keluar dari jalurnya. Terkesan ugal-ugalan, ngawur, dan tidak terpancar performa negarawan sejati. Wajah pemerintahan Jokowi lebih kental dengan aroma oligarki, neoliberal, dan kapitalis sejati. Hal ini bisa kita telusuri rekam jejak kebijakan-kebijakannya.

Maka, sangat alamiah bila muncul gerakan moral untuk menyelamatkan negeri ini dari jurang kehancuran. Keresahan para tokoh KAMI sangat beralasan. Terlebih pasca Indonesia dihantam pandemik Covid-19. Model kepemimpinan Jokowi yang liberal kapitalistik makin nampak jelas. Dalam satu persoalan saja, pandemik Covid-19 misalnya, kebijakan pemerintahan Jokowi lebih peduli dengan pemulihan ekonomi dibanding penyelamatan nyawa rakyat. Dari sini bisa kita lihat sikap egois penguasa. Kebijakannya banyak mengakomodir kepentingan kapitalis (pengusaha) dari pada kemaslahatan rakyat.

Belum lagi utang yang membumbung tinggi, ancaman resesi, PHK massal, kemiskinan, pejabat asbun, dan sejumlah persoalan lainnya. Deklarasi KAMI yang digagas para tokoh bangsa memberi pesan untuk kita dalam beberapa hal:

BACAJUGA

Said Didu Ungkap Penyebab Bengkaknya Utang BUMN Konstruksi

Said Didu Ungkap Penyebab Bengkaknya Utang BUMN Konstruksi

10 April 2021

Para Tokoh Mulai Kepung Istana

5 Oktober 2020

Pertama, masalah politik. Sudah jamak diketahui, rezim Jokowi lebih dikenal dengan politik berat sebelah, anti kritik, dan represif. Dalam aspek kritik, pemerintahan Jokowi selalu menjawab kritik dengan tuduhan. Bukan dengan perbaikan kinerja. Lihat bagaimana reaksi istana terhadap kehadiran KAMI. Mereka justru baper dibuatnya. Belum apa-apa pemerintah sudah resisten.

Gerakan ini dianggap sebagai gerakan politik untuk membentuk kekuatan baru melawan pemerintahan yang sah. Pola mereka selalu begini. Saat ada kelompok/ormas/komunitas/gerakan, menjustifikasi dulu, klarifikasi belakangan. Menutup diri dari kritik, melakukan pembelaan buta. Bila hal itu tak mempan, barulah mulai menebar fitnah, framing, atau tuduhan tak berdasar.

Kedua, masalah hukum. Selama pemerintahan ini berkuasa, hukum tak benar-benar ditegakkan. Hukum lebih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Artinya, hukum melemah manakala berkaitan dengan pihak pro penguasa. Sebaliknya, hukum menjadi alat pukul tatkala bersinggungan dengan pihak oposisi. Realitas ini nampak dari reaksi pemerintah terhadap pengkritiknya. Bagaimana massifnya kriminalisasi terhadap tokoh publik, ulama, aktivis, yang berakhir di jeruji besi. Alasannya klasik. Tindakan makar lah, ujaran kebencian, pencemaran nama baik, dan lain-lain. Dengan kata lain, penguasa menjadikan hukum sebagai alat legitimasi kekuasaan.

Ketiga, masalah sosial. Hal ini berkaitan dengan kepekaan sosial pejabat negara. Sejauh mana ia merasakan kedukaan rakyat yang dipimpinnya. Bukan sekadar membaca teks pidato untuk formalitas belaka. Tapi, rasa kepedulian itu mestinya ditunjukkan dengan kebijakan yang memihak kepentingan rakyat. Bukan mengatasnamakan rakyat untuk memuluskan jalan para konglomerat.

Rakyat bukanlah sapi perah yang hanya diperas suaranya untuk memenangkan kompetisi pemilu. Mereka bersuara karena percaya pemimpin pilihannya akan amanah. Namun, faktanya tidak demikian. Ketika sudah enak di kursi kekuasaan, penguasa seperti kacang lupa kulitnya. Lalai dan khianat.

Memang tidak mudah nengelola sebuah negara. Tidak mudah pula  mengurusi ratusan juta rakyat di sebuah negara. Tapi bila seorang pemimpin berani dipilih, seharusnya ia juga berani menanggung konsekuensi. Sebab, kebijakanny  menentukan arah perjalanan bangsa ini ke depan. Jika visi misi kepemimpinan sudah tak sesuai dengan jalan kebenaran, bukankah wajar masyarakat mengevaluasi, memberi kritik, saran, dan solusi?

Inilah efek calon pemimpin dipilih karena pembangunan citra diri. Seleksinya tidak alami. Penilaiannya bukan pada kecakapan dan kemampuan diri. Memilih pemimpin dalam politik hari ini bagai menjual produk unggulan. Dipasarkan dengan iklan besar-besaran. Dimunculkan  sosok yang disukai masyarakat. Masalah kompetensi dan kapabilitas urusan belakangan.

Deklarasi KAMI membawa makna penting. Pertama, pengurus negara haruslah dipilih dari orang yang benar-benar cakap dalam bidangnya dan memiliki jiwa negarawan sejati. Bukan karena politik balas budi atau kekuasaan oligarki. Kedua, ada yang salah dengan tata kelola sistem negeri ini. Negara yang berpijak pada ideologi kapitalisme tak pernah berakhir dengan kesejahteraan hakiki. Yang ada, kapitalisme justru mengacaukan nilai kemanusiaan, keberadaban, keadilan, dan persatuan.

Negeri ini butuh perubahan dan pembaharu. Revolusi perubahan menuju negeri yang diberkahi dengan keberlimpahan sumber daya alam. Negeri yang dirahmati dengan berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Negeri yang semestinya menjadi permata bagi dunia. Negeri ini membutuhkan sentuhan sistem politik ruhiyah; sistem ekonomi non riba; sistem pendidikan dan sosial yang berakhlak mulia; serta sistem kepemimpinan yang amanah.

Topik: Koalisi Aksi Menyelamatkan IndonesiaMuhammad Said Didu
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?
Opini

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari
Opini

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta
Opini

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?
Opini

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang
Opini

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
cak nun Strukturalisme
Opini

Strukturalisme yang Bertabrakan dengan Kontekstualisme

21 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Video baca puisi

Lomba Video Baca Puisi Bulan Kemerdekaan, Kopi Renang dan Barisanco

Memahami Angka Kemiskinan di Indonesia [Bagian Empat]

Memahami Angka Kemiskinan di Indonesia [Bagian Empat]

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

26 Januari 2023
Demo Kepala Desa

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Dinilai Ugal-ugalan

26 Januari 2023
Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

26 Januari 2023
Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

26 Januari 2023
Menciptakan Wirausaha Muda

Merdeka Belajar, Menciptakan Wirausaha Muda, Mengapa Tidak?

26 Januari 2023
pH Tubuh

Berbahaya Jika pH Tubuh Terlalu Asam

26 Januari 2023
sholawat bulan rajab

Lirik Sholawat Bulan Rajab Teks Arab, Latin dan Artinya

26 Januari 2023

SOROTAN

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan
Sorotan Redaksi

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

:: Anatasia Wahyudi
25 Januari 2023

Di mana pun mereka berada, anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan menderita dari standard hidup yang buruk, mengembangkan lebih sedikit keterampilan...

Selengkapnya
Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang