Juga, misalnya, tatkala Asad menjelaskan kata “api” yang dikaitkan dengan penciptaan iblis. Api adalah simbol nafsu. Sehingga iblis, dalam penjelasan Asad, sebagai kekuatan-kekuatan setani yang bergerak aktif dalam hati manusia. Kekuatan-kekuatan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu dan kecintaan yang tak terkendali terhadap diri sendiri. Iblis adalah induk dari segala yang hanya menganggap diri sendiri sebagai yang tinggi.
Begitulah Muhammad Asad. Pada tahun 1930 ia menikah dengan Munira binti Husain Al-Syammari, putri bangsawan Arab. Dan, dua tahun berikutnya lahirlah anak kedua, Talal, setelah anak pertama mereka meninggal saat lahir.
Pada 1932, tatkala hubungan dengan Raja Abdul ‘Aziz merenggang, Asad dan Munira, dengan membawa serta Talal, memutuskan pindah ke India dan menetap di sana dalam waktu yang cukup lama. Di anak benua India inilah, waktu itu masih dijajah Inggris, Asad semakin intim dengan Muhammad Iqbal. Saking intimnya, Asad berusaha mewujudnyatakan gagasan besar Iqbal, yang mengembuskan napas terakhir pukul 05.15 waktu setempat, 21 April 1938. Asad, setelah berdiri negara Pakistan, 1947, mengabdikan diri sebagai Direktur Rekonstruksi Islam dan Kepala Divisi Timur Dekat dan Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Pakistan. Muhammad Asad juga menjadi duta Pakistan di PBB.
Semenjak itu Muhammad Asad erat dengan gerakan pemikiran Islam di tanah jajahan Inggris, tidak saja dengan Muhammad Iqbal, tapi juga Sayyid Khan. Sehingga, tak aneh di kemudian hari Muhammad Asad disebut-sebut sebagai Sayyid Khan Eropa, terutama dalam menerjemahkan dan menafsirkan Al-Quran. Sayyid Khan, dalam sejarah gerakan pembaharuan, adalah orang India pertama yang meyakini perlunya penafsiran bebas, modern, dan maju atas Islam. Dan Muhammad Asad, lagi-lagi bisa kita cermati dari The Message of the Qur’an, juga menampilkan ide modernisme Islam secara utuh.
Terus karier literer Muhammad Asad tidak cuma The Message of the Qur’an. Jauh sebelum terbit kitab tersebut, ia telah mempublikasikan Islam at the Crossroads, 1934. Ia bertutur soal kemunduran umat Islam dalam peradaban dunia dan langkah yang mesti ditempuh umat untuk bangkit. Kemudian mulai tahun 1935, Asad fokus mengerjakan proyek terjemahan dan komentar atas Shahih Al-Bukhari ke dalam bahasa Inggris. Namun, baru satu volume yang diterbitkan, sementara sisa manuskrip lainnya masih tersimpan, karena pada 4 September 1939, Asad ditawan Inggris hingga berakhir Perang Dunia II, 1945. Asad ketika itu hendak menolong orangtua dan saudara perempuannya yang tertawan rezim Nazi. Namun sayang, kedua orangtua dan saudaranya itu keburu tewas terbunuh di kamp konsentrasi Nazi Jerman.