Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Munajat Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam yang Menyentuh Hati

Redaksi
×

Munajat Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam yang Menyentuh Hati

Sebarkan artikel ini
Munajat Ibnu Athaillah
Ilustrasi foto/Pexels.com

Tuhanku, sungguh buta yang tidak dapat melihat pengawasan-Mu terhadap diriku.

BARISAN.CO – Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menuliskan beberapa munajat di akhir kitab karyanya. Namun sebelumnya perlu diketahui arti munajat, adapun makna munajat adalah doa dan perenungan sepenuh hati kepada Allah Swt.

Sedangkan tujuan munajat yakni sebagai upaya seorang hamba untuk mendapatkan rida, ampunan, hidayah, maupun pertolongan Allah Swt. Jadi munajat merupakan aktifitas permohonan seorang hamba atas apa yang diharapkan dan menjadi tujuannya.

Munajat merupakan sarana agar lebih intim kepada Tuhannya, sebab doa adalah senjata orang mukmin dan dan doa adalah ibadah. Sebagaimana hadis riwayat An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah Saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

Artinya: “Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Berikut ini beberapa munajat Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam yang menyentuh hati. Munajat Ibnu Athaillah As-Sakandari teks arab dan artinya:

الهى اناالفقير فى غناي فكيف لا اكون فقيرا فى فقرى

Tuhanku, akulah hamba yang fakir di dalam kekayaanku ini, maka bagaiman tidak akan merasakan kefakiran dalam kefakiranku, (yakni meskipun aku ada memiliki sesuatu apapun, namun tetap tidak berubah bahwa aku selalu miskin butuh berhajat kepada-Mu ya Allah, lebih-lebih dalam keadaan yang memang nyata miskin dan fakir).

الهى انا الجاهل فى علمى فكيف لا اكون جهولا فى جهلى.

Tuhanku, akulah hamba yang bodoh dalam ilmu pengetahuanku ini, maka bagaimana takkan lebih bodoh lagi dalam hal-hal yang aku masih bodoh tidak mengetahuinya.

“Amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh yang menghidupkannya adalah ikhlas dalam amal perbuatan itu.”Ibnu Athaillah As-Sakandari

(الهى كلما اخرسنى لؤمى انطقنى كرمك، وكلما ايأ ستنى أوصافى اطعمتنى منتك.

Tuhanku tiap-tiap aku dibungkam (ditutup) mulutku oleh sebab dosa-dosaku,  maka terbuka mulutku oleh karena melihat kemurahan-Mu yang tak terhingga. Dan tiap-tiap aku berputus asa untuk mendapat rahmat-Mu karena sifat-sifat kerendahanku, maka dapat membuka harapanku bila melihat pemberian-pemberian karunia-Mu.

الهى عميت عين لا تراك عليها رقيبا وخسرت صفقة عبد لم تجعل له من حبك نصيبا.

Tuhanku, sungguh buta yang tidak dapat melihat pengawasan-Mu terhadap diriku. Dan sungguh rugi dagangan seorang hamba yang tidak mendapat bagian dari rasa cinta kepada-Mu.

الهى ان ظهرت المحاسن منى فبفضلك ولك المنة علي وان ظهرت المساوئ منى فبعدلك ولك الحجة علي.

Tuhanku jika timbul daripadaku amal kebaikan, maka itu semata-mata karena karunia-Mu Tuhan, dan Engkau yang berhak untuk menuntut kepadaku, sebaliknya jika terjadi kejahatan daripadaku, maka itu semata-mata karena keadilanMu, dan Engkau tetap berhak menuntut aku atas kejahatan itu.