Sholat lima waktu baru lebih saya dorong ketika berusia 7 tahun. Bahkan, belum ditegur keras sebelum berusia 10 tahun. Sholat pun lebih diarahkan untuk bermakmum saja lebih dahulu.
Setelah berdiskusi dengan gurunya beberapa lama, dengan nada sedikit meninggi saya sempat mengatakan jika hukuman tidak diubah, Adli akan dipindah sekolahnya. Saya tegaskan tidak mau anak tumbuh kembang menjadi pembohong.
Beruntung lah bu guru itu mau mengerti dan bersedia mengubah hukumannya. Tidak lagi berupa hukuman fisik, melainkan menulis atau mengerjakan soal. Kontennya pun yang dijanjikan agar bisa menggugah kesadaran atau menambah kemampuan anak.
Kisah mencontohkan mau berbagi dan menolong
Mengajarkan sikap mau berbagi, suka menolong, menghargai orang lain sebenarnya cukup mudah. Terutama dengan contoh atau tindakan nyata orang tuanya. Misalnya bagaimana mereka bersikap ketika ada orang datang bertamu dengan berbagai keperluan. Sekedar berkunjung bertukar kabar, memberi undangan, meminta bantuan dan lain-lain.
Bagaimana orangtua bersikap ketika mendengar orang lain atau saudara yang kesulitan langsung terpateri di benak anak. Kedua orang tua sedapat mungkin berbincang yang menunjukan simpati atau bahkan berencana memberi bantuan.
Keterlibatan orang tua dalam beberapa kegiatan sosial yang filantropis juga merupakan contoh yang baik. Apalagi ketika ada musibah atau bencana yang cukup besar di daerah sendiri atau tempat lain. Hal itu akan langsung dirasakan anak.
Beruntung suami memang memiliki jiwa altruisme yang tinggi. Tanpa banyak berkata soal kebaikan kepada anak-anak, dia mampu menunjukkan dengan baik. Dia juga terbilang memiliki banyak kawan yang suka bertandang ke rumah, yang berbincang tentang berbagai hal yang bersifat sosial.
Seingat saya ada beberapa kegiatan sosial yang cukup besar yang diinisiasi dan dimotori oleh suami, yang tampaknya amat berkesan bagi anak-anak. Keterlibatan membantu korban terdampak gempa di Bantul pada tahun 2006 dan musibah letusan Merapi pada tahun 2010. Kebetulan, suami sangat dipercaya oleh banyak kawannya untuk menjadi penyalur dana sumbangan.
Berbagai aktivitas di rumah selama berbulan-bulan diwarnai oleh dua kegiatan itu. Mulai dari soal perencanaan hingga pelaksanaan memberi bantuan. Ketika gempa Bantul, anak-anak kadang diajak ke posko bantuan. Ketika musibah letusan Merapi, rumah kami menjadi posko bantuan.
Saya juga sejak dini menanamkan kebiasaan berzakat dan bersedekah pada anak-anak. Selain memberi contoh, anak-anak dibiasakan memotong bagian dari hadiah ketika memenangkan lomba sebagai “zakat” atau sedekah. Kebetulan, semuanya sering mengikuti lomba sain dan memperoleh hadiah uang.