Lebih parah lagi ketika ketika mengatakan bahwa negara ini bukan sekulerisme, lantas siapa yang begitu ngotot ingin mengubah lima sila menjadi Trisila Kemudian menjadi Ekasila, dengan pernyataannya,” Ketuhanan yang Berkebudayaan”. Bagi kaum Muslim yang demikian itu adalah dosa yang luar biasa. Apakah ini tanda bahwa sekjen PDIP sedang menjadi tameng bagi partainya yang memang akhir-akhir ini terpojok?
Bukti kesekian yang tak terelakkan, Pancasila ternyata belum final, setelah dirumuskan oleh Soekarno nyatanya masih butuh diperas untuk disempurnakan. Bagaimana mungkin hal yang menjadi landasan sekaligus ideologi negara ini adalah sesuatu yang mudah hilang. Lantas menghilangkan sila pertama, terbayang betapa marahnya kaum muslim dan para ulamanya. Seakan menghilangkan sejarah bahwa kaum Muslimah yang terbanyak menyumbang kemerdekaan.
Kegaduhan ini semestinya sudah selesai, sebab, mereka yang teriak paling Pancasilais pun tak mampu menghentikan laju pandemi Covid-19 dan meringankan beban rakyat. Saatnya mengganti dengan sistem yang baku, tak mudah diganti bahkan diperas, yaitu Islam. Wallahu a’ lam bish showab.
