Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Pemerintah tentang Energi Terbarukan: Sering Bicara Potensi Lupa Realisasi

Redaksi
×

Pemerintah tentang Energi Terbarukan: Sering Bicara Potensi Lupa Realisasi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Tak kurang-kurang sumber energi terbarukan di Indonesia. Katakanlah semisal energi panas bumi, yang menurut Badan Geologi dinyatakan mencapai lebih dari 29 Giga Watt. Ini angka yang besar. Sama dengan 40% seluruh cadangan panas bumi di dunia. Lantaran itulah Indonesia ditabalkan sebagai super power for geothermal.

Tapi, Undang-Undang Cipta Kerja membuat potensi itu ambyar.

UU Ciptaker paling banyak memberi insentif industri batu bara. Jika ditelisik, setidaknya sampai tahun 2030 bauran energi batu bara masih akan diutamakan dibanding energi terbarukan surya, bayu, air, ataupun panas bumi.

Maka demikianlah: potensi energi terbarukan akan tetap terkubur sebatas potensi dan sulit segera berubah menjadi realisasi.

Sejauh ini komitmen pemerintah terhadap energi bersih masih sangat rendah. Realisasinya hanya sebesar 11,2% dari bauran energi nasional pada tahun 2020. Kalah jauh dibanding gas bumi 19,16%, minyak bumi 31,60%, dan batu bara 38,04%.

Realisasi energi terbarukan itu juga masih jauh dari target 2025 yang sebesar 23%. Persentase ini merupakan ‘sasaran antara’ yang penting dicapai sebelum menuju ‘sasaran sesungguhnya’, yakni energi terbarukan 31% pada tahun 2050.

Grafik 1: Bauran Energi (Realisasi 2020)
Grafik 2: Bauran Energi (Target 2025)
Grafik 3: Bauran Energi (Target 2050)

Sumber data: Dewan Energi Nasional.

Tentu saja bagaimana mencapai target itu adalah tentang apa yang menjadi kebijakan hari ini. Cukup sulit mengatakan pemerintah punya greget mengakselerasi energi terbarukan. Padahal, selain sumbernya melipah, energi terbarukan juga punya dampak di antaranya membuka lapangan kerja.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan 14,2 juta lapangan kerja baru akan tercipta pada 2030 di Asia Pasifik apabila setiap negara berkomitmen pada kesepakatan perubahan iklim. Angka itu 2-5 kali lebih banyak dibanding energi fosil.

Dampak positif lainnya adalah secara langsung akan ada penurunan emisi gas rumah kaca, perlindungan dan perbaikan ekosistem, pengurangan polusi dan sampah, serta efisiensi energi. Hal-hal ini sesuai janji Indonesia dalam Kesepakatan Paris untuk ikut menjaga dunia agar tak mengalami kenaikan suhu udara di atas 1,5 derajat Celcius.

Menuju Emisi Nol Bersih

Indonesia perlu bergerak lebih jauh untuk membuat alam seimbang. Konsep tentang emisi nol bersih (net zero emissions) harus menjadi perhatian.

Emisi nol bersih adalah seimbangnya produksi emisi dengan penyerapannya. Ia merupakan keadaan ideal di mana jumlah emisi yang diproduksi terserap seluruhnya sebelum naik ke atmosfer menjadi gas rumah kaca yang bisa menaikkan suhu bumi.

Cara mencapai emisi nol bersih bisa bermacam-macam. Bisa melalui pencegahan kebakaran hutan, memperlambat deforestasi, mengubah bahan bakar listrik, pertanian, proses produksi, dan pengelolaan limbah. Dalam sektor energi, bisa pula dengan cara menghapus pembangkit-pembangkit batu bara.

Grafik 4: Kontribusi Gas Rumah Kaca 2018 (GgCO2e)

Sumber data: KLHK

Energi fosil seperti batu bara adalah kontributor utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Greenpeace bahkan menyebut, PLTU ialah kontributor terburuk tunggal yang bertanggung jawab atas hampir setengah (46%) dari emisi karbon dioksida dunia.

Greenpeace, sebagaimana dikutip dari artikel Mongabay, dalam berbagai laporannya juga mengatakan PLTU batu bara sebagai pelepas polutan udara mematikan, pembawa penyakit serius, dan penyebab kematian dini.

“Satu PLTU rata-rata punya masa operasi 25-30 tahun. Beroperasi 24 jam setiap hari, PLTU mengemisikan polutan mematikan seperti PM2,5, PM10, NOx, SO2 serta debu,” kata Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi, Greenpeace Indonesia.

Maka adalah benar jika mulai sekarang pemerintah tak lagi menganakemaskan batu bara. Emisi batu bara membumbung ke udara dan mengotori atmosfer yang menambah suhu bumi. Eksistensi energi ini menghambat perlombaan menuju emisi nol bersih.