Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Khazanah

Pengakuan Negara: Agama Konghucu dan Tahun Baru Imlek

:: Redaksi
12 Februari 2021
dalam Khazanah
Barongsai Klenteng See Hoo Kiong

Kesenian Barongsai tampil di Klenteng See Hoo Kiong Kota Semarang/Foto: Barisan.co

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Agama Konghucu, disebut juga sebagai Konfusianisme sudah ada di Nusantara ratusan tahun. Sudah lama menjadi bagian dari kekayaan rohani dan perbendaharaan kehidupan keimanan bagi masyarakat Indonesia.

Sebagian besar penganut agama Konghucu adalah masyarakat etnis Tionghoa. Sementara itu perlu diakui bahwa sejarah terbentuknya bangsa dan negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh serta keberadaan masyarakat etnis Tionghoa.

Mulai dari latar belakang budaya, agama, warisan sejarah maupun proses interaksi antar kebudayaan di Indonesia. Etnis Tionghoa menjadi bagian dari khazanah kehidupan budaya bangsa Indonesia. Namun masih banyak kendala dalam hal tertentu mengenai tempat yang proporsional bagi golongan etnis Tionghoa.

Sehingga menyangkut persoalan golongan dan etnis, masing-masing kelompok membatasi dirinya antara pribumi dan non-pribumi. Sehingga pengakuan terhadap agama Konghucu juga mengalami ketidakharmonisan pada masa Orde Baru. Begitu juga dengan larangan terhadap kesenian barongsai dan tradisi etnis Tionghoa lain termasuk agama Kong Hu Cu

BACAJUGA

23 Januari Cuti Bersama

23 Januari Cuti Bersama Tahun Baru Imlek, Inilah Daftar Libur Nasional 2023

20 Januari 2023
Sejarah dan Makna Angpau dalam Perayaan Imlek

Sejarah dan Makna Angpau dalam Perayaan Imlek

20 Januari 2023

Kehidupan agama Konghucu di Indonesia didukung oleh adanya rohaniawan yang disebut “Hoksu” (pendeta). “Bunsu” (guru agama) dan kebanyakan dianut oleh orang-orang Tionghoa saja.

Konghuju dan Imlek

Pengakuan resmi agama Konghucu diperoleh pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di tahun 2000. Selain memberikan pengakuan, Gus Dur juga membebaskan masyarakat Konghucu yang notabene adalah keturunan Tionghoa untuk menjalankan ibadah agamanya secara terbuka dan merayakan hari keagamaan.

Padahal sejarah agama Konghucu telah diakui sebagai agama yang sah di Negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1969, dan terhitung sejak tanggal 5 April 1979 agama ini dikelola di bawah Direktorat Jenderal Hindu dan Budha Departemen Agama Republik Indonesia.

Namun hal itu tidak menjadi angin segar, Gus Dur seperti menjadi dewa penolong bagi penganut agama Konghucu. Ditandai dengan keluarnya INPRES No. 27 tahun 1998 dan KEPRES No. 6 Tahun 2000 yang mencabut INPRES No. 14 tahun 1967 yang memasang adat, budaya, dan kepercayaan yang beraktivitas dengan Tionghoa, serta pencabutan surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tahun 1978 yang menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah hanya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Fakta ini menunjukkan bahwa sebelum masa Orde Baru pemerintah sudah mengakui keberadaan Konghucu sebagai sebuah agama. Pemerintah hanya mengembalikan status Konghucu yang dibekukan oleh rezim Soeharto.

Begitu juga dengan perayaan tahun baru Imlek, selama tahun 1968-1999 masih dilarang dirayakan di depan umum. Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Di Era Gus Dur inilah, selain pengakuan terhadap agama Konghucu, masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia diperbolehkan merayakan Imlek. Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14/1967.

Lalu Gus Dur menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya).

Pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

Topik: Agama KonghucuTahun Baru Imlek
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

wakaf uang
Khazanah

Mengenal Wakaf Uang, Sejarah dan Fatwa Ulama

25 Januari 2023
Kenapa Rumput Tetangga Lebih Hijau?
Khazanah

Kenapa Rumput Tetangga Lebih Hijau?

21 Desember 2022
Serat Tripama
Khazanah

Serat Tripama dan Ajaran Tentang Cinta Tanah Air

15 Desember 2022
umur para nabi
Khazanah

Umur Para Nabi, 25 Nabi yang Wajib Diketahui Hingga Nabi Khidir dan Nabi Uzair

13 Desember 2022
kitab al-filaha
Khazanah

Kitab Al-Filaha Ibnu Awwam, Induknya Ilmu Pertanian

6 Desember 2022
buntil
Khazanah

Buntil, Makanan Khas Jawa yang Kian Langka

5 Desember 2022
Lainnya
Selanjutnya
Prie Gs dan Eko Tunas

Prie GS

Sutrisno Muslimin: Dua Dimensi Olahraga Golf, Leadership dan Edukatif

Sutrisno Muslimin: Dua Dimensi Olahraga Golf, Leadership dan Edukatif

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

26 Januari 2023
Demo Kepala Desa

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Dinilai Ugal-ugalan

26 Januari 2023
Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

26 Januari 2023
Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

26 Januari 2023
Menciptakan Wirausaha Muda

Merdeka Belajar, Menciptakan Wirausaha Muda, Mengapa Tidak?

26 Januari 2023
pH Tubuh

Berbahaya Jika pH Tubuh Terlalu Asam

26 Januari 2023
sholawat bulan rajab

Lirik Sholawat Bulan Rajab Teks Arab, Latin dan Artinya

26 Januari 2023

SOROTAN

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan
Sorotan Redaksi

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

:: Anatasia Wahyudi
25 Januari 2023

Di mana pun mereka berada, anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan menderita dari standard hidup yang buruk, mengembangkan lebih sedikit keterampilan...

Selengkapnya
Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang