BARISAN.CO – Anak-anak tumbuh dari cinta kasih orang tua. Hubungan yang sehat dapat memberikan manfaat bagi anak di masa tumbuh kembangnya, seperti mengurangi kecemasan, meningkatkan empati, serta kemampuan untuk mengatasi pasang surut kehidupan, dan lain sebagainya.
Fondasi untuk hubungan sehat itu adalah kepercayaan. Tanpa itu, anak dan orang tua tidak bisa terhubung dengan semestinya. Selain itu, kepercayaan juga dapat memberi keleluasan bagi anak untuk terbuka.
Dunia memang tidak selalu baik-baik saja. Oleh sebab itu, beberapa orang tua begitu khawatir saat anaknya menjelajahi dunia luar. Bahkan tak jarang orang tua selalu mengawasi gerak-gerik anaknya saat berada di dalam maupun di luar rumah.
Berikut ini lima strategi agar menumbuhkan kepercayaan pada diri anak, yaitu:
1. Berbicara terus-terang, jangan memutar balikkan fakta, apalagi memanipulasi mereka. Contohnya adalah ketika anak menanyakan sesuatu. Orang tua perlu menjelaskannya. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Seperti kondisi saat ini, alasan mengenakan masker, tidak bisa belajar di sekolah, dan lain sebagainya. Katakan sejujurnya karena itu akan membantu anak memercayai orang lain dan membangun kejujuran mereka. Anak juga bisa mengembangkan rasa percaya diri dan saling menghormati di kemudian hari.
2. Membangun kepercayaan dengan berkomitmen. Mungkin ada orang tua yang memiliki janji kepada anaknya yang terkadang tidak dapat dipenuhi. Anak bisa mengingatnya. Sehingga disarankan bagi orang tua untuk tidak menjanjikan apapun kepada anak karena dikhawatirkan tidak dapat dipenuhi. Begitu pun dengan anak. Beri kepercayaan bagi mereka untuk melakukan hal yang disenanginya seperti bermain dengan teman-temannya. Namun, sebagai orangtua perlu memberi aturan seperti batas waktu bermain.
Sebelum pandemi, saya membebaskan anak bermain, meskipun rumah temannya jauh dari pandangan saya. Saya membebaskannya dengan catatan, ia harus tiba di rumah sebelum Maghrib. Ia pun memenuhi syarat tersebut.
3. Orang tua perlu banyak mendengar. Ketika anak bercerita, orang tua perlu berfokus. Tinggalkan kegiatan yang dilakukan sejenak dan dengarkan mereka. Begitupun, ketika anak melakukan kesalahan. Orang tua sebaiknya mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu, kemudian memberikan nasihat tanpa menghakimi.
4. Menunjukkan rasa hormat, perhatian, dan ketulusan saat anak berbicara. Orang tua tak jarang mengabaikan ucapan anak karena menganggap mereka masih kecil dan belum tahu apa-apa tentang dunia. Namun, beberapa orangtua sebaliknya. Mereka lebih menghargai perkataan anak mereka. Seperti halnya dengan cita-cita. Ketika anak menyampaikan cita-citanya, orang tua perlu mendengarkan dan menghargai keinginan mereka. Selain itu, katakan kepada anak bahwa apapun impian mereka, orang tua akan memberikan dukungan. Sampaikan dengan penuh senyum penuh ketulusan dan percayakan pada mereka untuk mengambil jalan yang diinginkan sambil didorong untuk tetap berada di sisi mereka. Hal ini juga dapat meningkatkan harga diri anak dan akan mengajarkan untuk menghargai orang lain.
5. Manfaatkan waktu berkomunikasi dengan anak untuk lebih saling mengenal. Orang tua bisa mengajak anak bermain untuk saling jujur. Bagi yang kalah akan diberi pertanyaan oleh pemenang. Seperti hal yang mereka sukai. Selain mendekatkan diri dengan aktivitas bermain, cara ini juga bisa digunakan untuk mengenal lebih dalam. Mungkin, beberapa orang tua menganggap mereka telah mengetahui semua hal tentang anak mereka, namun terkadang, itu belum tentu realita sebenarnya. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua tidak menyangka bahkan menganggap anaknya tidak mungkin melakukan hal seperti itu dan mengabaikan kesalahan tersebut.