Scroll untuk baca artikel
Terkini

Keberhasilan Pertumbuhan Ekonomi: Hilirisasi Industri Berbasis Komunitas

Redaksi
×

Keberhasilan Pertumbuhan Ekonomi: Hilirisasi Industri Berbasis Komunitas

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Direktur Program INDEF, Esther Sri Astuti mengatakan seperti pemikiran  alm Enny Sri Hartati tentang pembangunan ekonomi Indonesia terutama pada hilirisasi industri dengan tujuan kemakmuran.

Hal itu senada dengan keinginan Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia menjadi negara berpenghasilan 5 besar dunia dalam pertumbuhan ekonomi pada 2045.

“Untuk mencapai hal Itu Indonesia harus menyelesaikan pekerjaan rumah (PR). Tidak menjadi negara middle income trap, pada sebelum Covid-19 sempat menjadi negara upper midle coutry tetapi dengan adanya pandemi status Indonesia kembali jadi negara berpendapatan menengah,” lanjut Esther dalam Webinar INDEF “Mengenang 100 Hari Dr. Enny Sri Hartati, Jumat (8/10/2021)

Dibutuhkan transformasi ekonomi untuk bisa mewujudkan visi emas Indonesia 2045. Realitas struktur ekonomi Indonesia masih didominasi sektor primer tetapi dengan nilai tambah yang masih kurang.

Padahal menurut Esther, potensi ekspor Indonesia dengan modal sumber daya alam termasuk luar biasa. Namun perlu effort untuk bisa mendapatkan benefit dari komoditas dengan meningkatkan nilai tambah dari komoditas mentah diolah menjadi produk turunan sehingga bernilai signifikan untuk diekspor. Misalnya pada produk turunan dari Sait/CPO, kopi, cocoa, karet nikel, dan sebagainya .

“Tantangan yang ada, industri di Indonesia hanya mengadopsi 6 % saja teknologi tinggi, dan 30 % teknologi menengah. Harus disadari peran inovasi dan teknologi sangat krusial untuk mendukung hilirisasi yang sukses,” sambungnya.

Esther menambahkan, tentunya harus juga disuport oleh anggaran R & D yang selama ini masih sangat kurang. Demikian pua dengan peningkatan skill pekerja industri.

Esther Sri Astuti dan Eisha Rachbini

Peneliti INDEF, Eisha Maghfiruha Rachbini mengenang Eny Sri Hartati, yang yang terpenting yakni tentang pokok-pokok pikiran alm Eny Sri Hartati yang perlu dijadikan bahan perbaikan perekonomian nasional diantaranya adalah Daya saing produk dalam negeri yang  terus menurun dan tersisih produk impor.

“Kemudian bagaimana meningkatkan produktivitas industri. Sementara terlihat indeks Manufaktur (PMI) terus menurun dari 50.9 (2018) menjadi 49.7 (2019), dan 44,69 (2020),” imbuhnya.

Menurut Eisha, untuk itu sangat diperlukan investasi yang memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Juga diperlukan investasi terkait rantai pasok global dan kinerja perdagangan Indonesia.

Sementara itu tercatat global competitiveness Index Indonesia terus turun dari semula di urutan 37 (2017), 45 (2018) dank e 50 pada 2019. Realitas daya saing industri manufaktur Indonesia juga berada pada rangking 40 dari 152 negara, dengan 44,2 % nya masih bertumpu pada sumber daya alam dengan teknologi rendah.

Eisha mengatakan potensi industri manufaktur dan tantangannya ke depan dapat diberikan masukan beberapa hal yakni Melakukan hilirisasi industri manufaktur berbasis komoditas sehingga mendorong ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan.

“Tantangan yang dihadapi Pertama, Butuh investasi besar guna mendukung peningkatan value added komoditas. Kedua, Dibutuhkan kebijakan dan regulasi yang mendukung percepatan investasi dan hilirisasi sektor manufaktur. Ketiga, Ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan,” pungkasnya. [Luk]