Kontribusi komponen PK-RT pada triwulan I-2020 jauh lebih rendah dari rata-rata tahunan pada 2017-2019 yang 2,72 persen. Melemahnya daya beli masyarakat akibat pendapatan mereka yang turun drastis akibat pandemi berpotensi membuat kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi di kisaran nol persen selama tahun 2020.
Begitu pula dengan komponen PMTB lebih rendah dari rata-rata kontribusinya yang mencapai 1,87 persen pada 2017-2019. Dapat dipastikan pengeluaran investasi berbagai pihak akan turun drastis ataupun ditunda hingga pandemi betul-betul berhenti. Kemungkinanya untuk kontribusi minus cukup besar.
Komponen yang diharapkan masih berkontribusi positif dan diharapkan sedikit meningkat adalah pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Meski kontribusi triwulan I-2020 sedikit lebih rendah dari rata-ratanya, namun terindikasi akan meningkat pada triwulan berikutnya. Penyebab utamanya adalah masifnya bantuan sosial pemerintah pusat dan daerah.
Secara umum, skenario yang masih melihat kemungkinan pertumbuhan di atas 2 persen berasumsi pandemi berakhir paling lambat awal Juni. Jika pandemi baru berakhir pada akhir Juli, maka skenario pertumbuhan minus yang akan terjadi. Makin lambat pandemi berakhir dan PSBB berlangsung lebih lama, maka skenario amat buruk dapat saja terjadi.
Penulis berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2020 nyaris pasti akan minus atau terkontraksi. Sekurangnya di kisaran minus 1 persen. Dan dapat lebih terpuruk hingga 4-5 persen.
Bagaimanapun, upaya pemerintah yang lebih terkoordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan masih dimungkinkan mencegah terjadinya skenario amat buruk dalam perekonomian. Jika ditambah dengan peningkatan signifikan dalam kepedulian antar sesama, maka kondisi amat buruk masih mungkin dihindari.
Kita tengah diuji sebagai suatu bangsa dan suatu negara. Semoga bisa kita lewati dengan sebaik-baiknya.
*Kepala Ekonom Institut Harkat Negeri