Scroll untuk baca artikel
Blog

Salah Paham Atas Garis Kemiskinan

Redaksi
×

Salah Paham Atas Garis Kemiskinan

Sebarkan artikel ini

Dalam ukuran tersebut, Bank Dunia tidak menerapkan kurs pasar ataupun resmi dari negara yang bersangkutan. Melainkan kurs yang telah disesuaikan dengan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP). PPP dianggap mencerminkan tingkat inflasi dan perbandingan nilai tukar secara riil.

Jika membandingkan dolar AS dan rupiah dalam perspektif PPP, maka yang ingin diketahui adalah daya beli relatif kedua mata uang atas sejumlah barang dan jasa. Menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan di Indonesia untuk membeli barang dan jasa (dengan jenis dan jumlah yang sama) yang dapat dibeli dengan harga 1 dolar di Amerika Serikat.

PPP sendiri disusun berupa indeksasi atas kondisi banyak negara serta memiliki tahun dasar (baseline) tertentu. Bank Dunia telah menetapkan kurs PPP berdasar tahun 2017. Namun data perbandingan yang lebih lengkap yang dipublikasikan, masih PPP tahun dasar 2011.

Perlu diketahui, publikasi Bank Dunia mengenai jumlah penduduk miskin Indonesia dengan ukuran itu tetap berdasar data mentah dari BPS. Hanya garisnya yang diubah sesuai perhitungan dengan batas garis dan kurs PPP pada masing-masing tahun.

BPS sendiri sebenarnya memiliki prakiraan konversi kurs PPP tersebut, namun tidak dipublikasi secara luas. Sebagai contoh, perkiraan konversi 1 US$ PPP 2011 pada tahun 2016 sebesar Rp4.985,7, dan pada tahun 2018 sebesar Rp 5.341,5. Belum ada informasi prakiraan BPS untuk tahun 2019 dan 2020. Penulis memprakirakan di kisaran Rp5.700. Tampak jelas, jauh berbeda dengan kurs pasar ataupun kurs resmi.

Ukuran Garis Kemiskinan Nasional (GKN) pun dapat dinyatakan dalam US$ PPP 2011. Pada tahun 2016 (Maret) yang sebesar Rp364.527 per kapita per bulan setara dengan US$2,44 PPP per hari. Dan GKN 2018 (Maret) sebesar Rp401.220 per kapita per bulan setara US$2,50 PPP per hari.

Dengan kata lain, BPS tidak memakai salah satu dari ketiga ukuran Bank Dunia di atas. Melainkan diantara ukuran US$1,90 dan US$3,20. Tentu saja, jika memakai ukuran US$1,90 PPP 2011, tingkat kemiskinan Indonesia hanya 4,6% pada tahun 2018. Penulis memprakirakan, hanya di kisaran 5,5% pada tahun 2020.

Hal semacam ini perlu dimengerti publik secara cukup luas. Agar tak berulang kritik tentang ukuran BPS jauh di bawah US$1,90 sehingga tingkat kemiskinan menjadi rendah. Karena jika pakai ukuran itu, tingkat kemiskinan Indonesia justeru sangat rendah.

Jika memakai ukuran US$3,20 sesuai kelas Indonesia dalam skala Bank Dunia, maka tingkat kemiskinan sebesar 21,5% pada tahun 2018. Apalagi jika bersikeras kita sudah naik kelas menengah atas, berarti memakai ukuran US$5,50, maka tingkat kemiskinan sebesar 53,2% pada tahun 2018.