Namun, puasa juga berdimensi masa depan, “agar kamu bertakwa”. Sebab bertakwa berorientasi kehidupan akhirat. Sebuah perilaku kekinian yang benar-benar diabdikan semata untuk Allah, semata untuk kehidupan setelah kematian.
Al-Quran melukiskan, “Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin: 65).
Gambaran kehidupan akhirat, bahwa tangan dan kaki, serta anggota tubuh kita yang lain, yang akan bicara tentang semua perbuatan yang pernah dilakukan di dunia. Dari situlah, betapa pengendalian diri menjadi niscaya sekira kita berorientasi masa depan, akhirat. Betapa mujur tidaknya kita kelak, bergantung kepada serius tidaknya hari ini kita berpuasa, menjalani ritual mengendalikan diri.
Begitu.