BARISAN.CO – Di kalangan masyarakat dan terlebih umat Islam di Indonesia sudah tidak asing dengan benda yang biasa digunakan untuk penutup kepala. Biasa digunakan kaum laki-laki dan dipakai saat hendak beribadah shalat. Bahkan dipakai juga saat ritual agama dan kegiatan resmi. Benda itu yakni peci hitam yang pada umumnya terbuat dari bahan beludru.
Namun awal mula atau asal usul peci selayaknya perlu diketahui. Sebab peci memiliki sejarah yang sangat kental dengan pergerakan nasional bangsa Indonesia.
Dalam buku Api Sejarah edisi pertama halaman 382 karya sejarawan ternama Ahmad Mansyur Suryanegara menyebutkan bahwa pelopor pemakaian peci/ kopian/ songkok adalah Hadji Omar Said Cokroaminoto atau HOS Cokroaminoto pada sekitar tahun 1916 M.
Kopiah yang dikenakan HOS menggantikan Blangkon yang selama ini umum dikenakan. Beliau adalah seorang Cendekiawan Muslim Bapak Guru Bangsa, guru dari para pemimpin negeri ini, Bung Karno dan Hatta adalah salah beberapa dari sekian banyak murid beliau.
Selanjutnya, Ir. Soekarno atau Bung Karno yang juga selaku menantu HOS mempopulerkan penggunaan kopiah. Dalam buku otobiografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno bercerita bagaimana ia bertekad mengenakan peci sebagai lambang pergerakan.
Di masa itu kaum cendekiawan pro-pergerakan nasional enggan memakai blangkon, misalnya, tutup kepala tradisi Jawa. Jika kita lihat gambar Wahidin dan Cipto memakai blangkon, itu sebelum 1920-an.