Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Sekolah Hanya Mengajarkan Doa

Redaksi
×

Sekolah Hanya Mengajarkan Doa

Sebarkan artikel ini

PENDIDIKAN merupakan proses kegiatan interaksi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat anak didik agar menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan saat ini lebih banyak mengarah pada bisnis pendidikan.

Sehingga pendidikan hanya serangkai kegiatan untuk anak didik. Kegiatan yang hanya sebatas doa. Pendidikan seharusnya menyiapkan anak didik menjadi pemikir. Pemikir yang mandiri.

Pengasuh Cagar Wacana dan Pendidik, MH Rahmat mengatakan sekolah hanya mengajarkan doa. Bukan mengajarkan anak didik menjadi pemikir.

“Bahkan ia tidak disiapkan untuk menjadi pemimpin dan khususnya sosok negarawan,” lanjutnya.

Saat ini memang bangsa ini lagi mendapatkan permasalahan pelik. Perilaku korup sudah seperti laku hidup para pejabat. Bukannya menjadi panutan dengan lahirnya kemulyaan. Tapi yang ada hanya perilaku bejat dan tidak bermartabat.

Rahmat menyampaikan mengapa anak didik hanya diajarkan doa, tidak menjadi pemikir. Lantaran Pendidik atau guru hanya status guru.

“Banyak guru tidak memahami teori-teori pendidikan. Terlebih para pemikir pendidikan,” tutur Rahmat.

Misalnya aliran realisme Francis Bacon bahwa pengetahuan yang benar diperoleh hanya melalui penginderaan semata, tapi juga melalui persepsi penginderaan.

Aliran rasionalisme aliran yang memberikan kekuasaan kepada manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Lain lagi dengan aliran naturalisme yang menentang kehidupan yang tidak lazim seperti korupsi dan gaya hidup yang dibuat-buat. Karena manusia didorong oleh kebutuhan.

Itu bagian dari aliran-aliran pendidikan. Dimana sebenarnya pendidikan itu anak diajarkan untuk menjadi pemikir.

“Karena menjadi bisnis. Tidak heran jika bermunculan sekolah dengan label yang aneh-aneh. Seperti sekolah unggulan, sekolah favorite, sekolah internasional, Sekolah Islam Plus,” ucap pecinta barang antik ini.

“Padahal sekadar tambahan kecil aja. Misalnya sekolah plus, tambahnya hanya makan siang dan hafalan. Sekolah unggulan, padahal yang diunggulkan hanya 1-2 bidang saja. Sekolah internasional, paling hanya tambahan bahasa Inggris,” lanjutnya.

Seharusnya kualitas keseluruhan proses pendidikan. Karena kualitas pendidikan juga merupakan proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Rahmat menyatakan karena mereka tidak dicetak menjadi pemikir. Ya cukup diberikan pelajaran doa. Yakni sekadar mengikuti apa yang disampaikan guru dan melewati target kurikulum pembelajaran. (Luk)

Taman Akademi (13/12/2020)