Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Fenomena Sepeda Onthel Klasik Sambut New Normal

Redaksi
×

Fenomena Sepeda Onthel Klasik Sambut New Normal

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Pandemi Covid-19 telah memberikan warna baru terhadap gaya hidup sehat masyarakat. Saat pemerintah mengumumkan beberapa daerah menyambut New Normal. Masyarakat juga menyambutnya dengan gaya hidup sehat melalui kegiatan bersepeda.

Terlebih sepeda antik, bagi para pecinta barang antik seperti sepeda ontel saat ini makin diminati. Para pecinta sepeda onthel klasik tidak hanya dari kalangan tua, namun kalangan milenial atau generasi muda juga memiliki minat yang tinggi.

Selain untuk koleksi pribadi, pemilik sepeda ontel klasik ternyata juga memiliki komunitasnya sendiri. Beragam nama komunitas sepeda antik mulai bermunculan. Bahkan jual beli sepeda antik terus menjamur. Sedangkan untuk harga bisa lebih mahal dari sepeda baru, tergantung jenis, merk, tipe, dan tentunya tahun pembuatan.

Sebagaimana dilakukan Muhammad Ichwan yang berkeinginan menjual sepeda klasiknya. Ia menawarkan dengan cara unik yakni dengan membumbui promosinya dengan kata “Sepeda Lanang Warisan perang.”

Ichwan menjual sepeda klasiknya dengan harga yang klasik juga yakni Rp 699 ribu. Iapun menyebutkan spesifikasi sepeda klasiknya seperti, sadel kulit asli, tebal dan empuk meski cuwil sedikit. Frame kokoh orisinil, ban masih baru, dan gondrong, ada aksesori kupu depan stang.

“Ada tulisan di lagrang sisi kanan: MTS 01450 dan tulisan di sisi kiri 705 L. Hanya butuh servis rem,” tutur Ichwan.

Ichwan terpaksa menjual sepeda onthel klasiknya pada saat Pandemi Covid-19. Barangkali ini merupakan salah satu cara menyambut new normal dengan membeli sepeda baru.

Lain lagi dengan Roni Hidayat memamerkan sepeda onthel klasinya, pagi-pagi diajak gowes sama anak-anak. Setelah puas main di pusat keramaian komplek perumahan sebelah, kami pun pulang, Minggu (5/7/2020)

Pemilik Gonam Aqiqah ini bercerita biasa mereka selalu antusias kalau lewat jalan baru. Berpetualang katanya. Mereka menyebutnya jalan rahasia, kadang menyebut jalan pintas, biarpun secara jarak tempuh lebih jauh dari yang biasanya.

“Nah, ditengah jalan itulah kami papasan dengan beberapa pesepeda. Tentu saja sepeda mereka kekinian. Dan betapa terkesima saya ketika satu diantara mereka menyapa saya dengan penuh hormat,” lanjutnya.

“Terbersit rasa bangga karena mereka menghormati saya sedemikian rupa. Menghormati saya? Bagitu pertanyaan tiba tiba muncul di benak saya. Jangan jangan yamg dia hormati sepeda saya,” Roni melirik sepedanya.

Gaya hidup sehat dengan kegiatan bersepeda memang semakin diminati. Selain kegiatan bersepeda itu menyehatkan, bersepeda juga mengakrabkan jika bergabung di komunitas sepeda. (Lukni/Red)