Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Sering Ngelindur, Bisa Jadi Terkait Masalah Kejiwaan

Redaksi
×

Sering Ngelindur, Bisa Jadi Terkait Masalah Kejiwaan

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – “Plak, plok…” “Aduh, hey kamu kenapa..?” Suasana malam tiba-tiba dari hening menjadi gaduh. Awal mulanya karena Budi yang saat itu sedang tidur, tiba-tiba memukul teman yang juga sedang tidur di sebelahnya.

Sontak suasanapun menjadi ramai di asrama, karena ternyata bogem mentah Budi cukup keras juga saat mendarat di wajah temannya meski saat itu budi sedang tertidur, matanya benar-benar terpejam. Ya, Budi tidur sambil ngelindur, oleh karenanya ketika diajak bicarapun ia tak menjawabnya, hanya diam dan terpejam.

Berbicara atau berbuat sambil tidur alias ngelindur sering dialami beberapa orang. Namanya juga dilakukan sambil tidur, tentu ucapannya kurang jelas. Lantas apa penyebab ngelindur alias somniloquy ini?

Ngelindur bisa terjadi secara spontan ketika ada seseorang yang sedang tidur diajak bicara oleh orang lain. Terkadang jawabannya tidak nyambung atau terkesan aneh. Saat ngelindur, ucapan yang bersangkutan kerap kali hanya sesuatu yang bersifat omong kosong, gumaman tidak masuk akal, ataupun ucapan rumit yang sulit dicerna. Demikian dikutip dari Huffington Post.

Penyebab

Ngelindur bisa dialami siapa saja, meskipun terkadang orang tua yang punya gangguan tidur berupa ngelindur ini mewariskannya kepada sang anak. Umumnya laki-laki lebih sering ngelindur ketimbang perempuan. Yang paling umum memicu gangguan tidur ini adalah kurang tidur, konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba, demam, stres yang meningkat, kecemasan, dan depresi.

Ngelindur juga dilihat sebagai gejala dalam konteks gangguan tidur lainnya seperti teror di malam hari, arousals confusional (bangun dalam keadaan bingung), tidur sambil berjalan, sleep apnea, dan gangguan perilaku saat rapid eye movement (REM).

Berbicara sambil tidur biasanya terjadi di malam hari dan selama setiap tahap tidur. Di bagian awal malam, orang-orang cenderung berada dalam tahapan tidur lebih dalam (tahap 3/4). Di tahapan ini otak pada dasarnya ‘dimatikan’, jika ngelindur terjadi di tahap ini maka umumnya yang dibicarakan lebih terdengar seperti gumaman atau omong kosong.

Semakin malam, tidur menjadi lebih tenang meskipun otak menjadi sangat aktif untuk memproses emosi dan kenangan. Di tahap tidur ini, jika seseorang berbicara sambil tidur, maka ucapannya cenderung lebih dimengerti dan bisa menjadi sebuah narasi.

Mengganggu

Meskipun tidak berbahaya secara fisik, ngelindur bisa sangat memalukan bagi orang-orang yang mengalaminya. Hal ini juga dapat menjadi gangguan bagi orang-orang yang sedang berusaha tidur di dekatnya. Bahkan ngelindurnya seseorang bisa menyebabkan insomnia pada orang lain yang tidur satu kamar.

Agar tidak mengganggu teman tidurnya, orang yang ngelindur sering kali menghindari tidur di sekitar orang lain. Alasan lainnya, orang yang ngelindur malu jika perkataannya yang diucapkannya saat tidur akan memalukan atau menimbulkan masalah.

Bagi kebanyakan orang, berbicara sambil tidur biasanya tidak berlangsung lama sehingga tidak memerlukan pengobatan apapun. Namun jika ngelindur terjadi beberapa kali setiap pekan sehingga mengganggu teman tidur, maka sudah saatnya berkonsultasi dengan pakar masalah tidur. Kadang dikhawatirkan pula ngelindur terjadi karena didasari oleh gangguan medis atau kejiwaan yang akhirnya bisa memperburuk masalah.

Jika bicara sambil tidur dimulai setelah seseorang berusia 25 tahun, biasanya hal itu datang bersama dengan masalah medis atau kejiwaan lainnya Dalam kasus yang parah, ngelindur dapat berhubungan dengan kejang di malam hari.

Solusi

Lantas bagaimana menyikapi hal ini? Berikut adalah beberapa solusi pemecahan ngelindur saat tidur.