Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Fokus

Sisi Buram Lembah Silikon di Negeri Abang Sam

:: Redaksi Barisan.co
24 April 2021
dalam Fokus
Sisi Buram Lembah Silikon di Negeri Abang Sam

Ilustrasi barisan.co/Bondan PS.

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Dalam buku “The Four” yang ditulis Scott Galloway, disebutkan ada empat perusahaan yang mendominasi ekonomi tanpa batas di Amerika Serikat, yakni: Amazon, Apple, Google, serta Facebook. Kesamaan dari keempatnya adalah mereka semua berdiam di sebuah lembah bernama Silicon Valley.

Sepintas lalu, Silicon Valley bak rumah impian yang begitu didambakan untuk ditinggali. Gaji tinggi seakan menjamin kesejahteraan para karyawan yang bekerja di sana. Namun sayangnya, lembah ini tak seperti yang dibayangkan oleh banyak orang.

Silicon Valley terletak di California, dan California dikenal sebagai negara bagian dengan pajak tertinggi di Amerika Serikat. Di sini, bahkan pajak penghasilan bagi insinyur software tingkat pemula berstatus single adalah sebesar 9,3 persen. Angka tersebut cukup tinggi dibandingkan negara bagian seperti Texas dan Florida.

Selain itu, bagi pekerja di Apple maupun Google, pajak dari gaji untuk perumahan berkisar 50-70 persen. Sedangkan untuk insinyur software Google dan Microsoft yang tinggal di Washington perlu menghabiskan 25-35 persen dari gajinya untuk pajak perumahan.

BACAJUGA

Meski Pandemi, Jumlah Orang Kaya Bertambah

Kebijakan yang Gagal Menghasilkan Ketimpangan

19 Juli 2022
Ketimpangan Ekonomi Cenderung Meningkat

Ketimpangan Ekonomi Cenderung Meningkat

16 Juli 2022

Dalam sebuah artikel Grunge dituliskan biaya hidup di Silicon Valley amat mahal. Demi Pete, dari San Fransisco, melaporkan bahwa pada 2019 gaji rata-rata karyawan Google hampir US$250.000. Angka tersebut sama sekali tidaklah sepadan. Dan lantaran itulah banyak pekerja di Silicon Valley memilih tinggal di van.

Sejak adanya ledakan teknologi, San Fransisco juga memiliki masalah perumahan yang jauh lebih buruk. Harga rata-rata rumah melonjak hampir tiga kali lipat pada awal tahun 2018 menjadi US$1,6 juta dari sebelumnya US$670.000 di tahun 2012.

Seorang peneliti di Rock Center for Corporate Governance University Stanford menyebut, terlihat orang mengemis di jalan Palo Alto tepatnya di University Avenue. Tunawisma juga mengakar di sepanjang sungai dari Markas Adobe menuju Balai Kota.

Di sinilah letak masalahnya: Kontribusi Silicon Valley terhadap kemajuan teknologi di dunia, diiringi ketimpangan yang semakin menjadi.

Dalam laporan MIT Technology, meledaknya kekayaan hanya satu bagian dari kisah ketidaksetaraan. Pendapatan yang mandek bahkan menyusut dan teknologi menjadi penyebab utama dikarenakan pekerja dengan pendidikan dan keahlian yang lebih rendah akan tertinggal.

Pandemi juga semakin menunjukkan jurang ketimpangan yang berlangsung selama ini semakin buruk. Seperti yang disampaikan oleh penulis Nelson Schwartz, dokter pramutamu memberikan hak istimewa kepada kliennya dengan mempersiapkan pengujian drive-thru di Silicon Valley. Hal itu terjadi di saat sebuah rumah sakit di pinggiran kota San Fransisco menutup pintu bagi orang miskin, sementara di pusat kotanya dibangun fasilitas benilai miliaran dolar.

Bukan hanya ketimpangan yang menjadi masalah di lembah jahanam ini. Ada pula masalah ekploitasi pekerja dan keengganan membayar pajak, yang juga menjadi kejahatan tipikal perusahaan raksasa teknologi yang hidup di Silikon Valley.

Antara 2007 hingga 2015, Amazon hanya membayar pajak sebesar 13%, Apple 17%, Google 16%, Facebook 4% dari keuntungan yang dibayarkan melalui pajak yang seharusnya untuk tarif pajak rata-rata S&P 500 adalah 27%.

Amazon pernah menyangkal bahwa mereka pengemplang pajak, meski terbukti sebaliknya. Amazon pula, lagi-lagi sebagai contoh, yang membayar buruh gudangnya seharga murah (sekitar US$10-12 per jam tanpa asuransi kesehatan) padahal jumlah pekerjanya sekitar 1,3 juta orang pada tahun 2020—jumlah yang bukan main besarnya.

Para kapitalis ini, yang bahkan mendapatkan uang saat mereka tidur, rupanya ogah menyeimbangan perekonomian dan lebih memilih memperkaya diri sendiri.

Mereka menjual produk/jasa melebihi biaya produksi ditambah dengan biaya input yang digunakan, sewa, bunga pinjaman modal, biaya upah, dan lainnya. Setiap sisa pendapatan didistribusikan sebagai keuntungan pemiliknya.

Tiba-tiba, Indonesia ingin menirunya dan berencana bikin Lembah Silikon di Sukabumi. []

———-

Indeks Laporan:

  1. Sisi Buram Lembah Silikon di Negeri Abang Sam
  2. Adakah yang Bisa Diharapkan dari Bukit Algoritma?
  3. Dampak Peleburan Kemendikbud–Ristek Terhadap Riset

Penulis: Anatasia Wahyudi

Topik: Bukit AlgoritmaFokusKetimpangan EkonomiPolemik Riset IndonesiaSilicon Valley
Redaksi Barisan.co

Redaksi Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Membangun Ketersambungan & Rasa Memiliki dari Pekerja JIS yang Jadi Youtuber
Fokus

Membangun Ketersambungan & Rasa Memiliki dari Pekerja JIS yang Jadi Youtuber

15 Desember 2021
Berkah Jakarta International Stadium bagi Warga Kampung Bayam
Fokus

Berkah Jakarta International Stadium bagi Warga Kampung Bayam

15 Desember 2021
Jakarta Tourism Forum: Ada Banyak Sebab Kita Patut Membanggakan Stadion JIS
Fokus

Jakarta Tourism Forum: Ada Banyak Sebab Kita Patut Membanggakan Stadion JIS

15 Desember 2021
Fokus

Sukar Mengikis Kebiasaan Konsumsi Daging Anjing di Surakarta

8 Desember 2021
Fokus

BAWA: Daging Anjing Masih Dijual Bebas Sebab Aturan Tak Dijalankan

8 Desember 2021
Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya
Fokus

Fenomena Mengonsumsi Daging Anjing & Masalah-Masalahnya

8 Desember 2021
Lainnya
Selanjutnya
Pembentukan Kementerian Baru Isyaratkan Buruknya Perencanaan Pemerintah

Pembentukan Kementerian Baru Isyaratkan Buruknya Perencanaan Pemerintah

Komisi VII DPR Tegaskan Komitmen untuk Dorong Energi Terbarukan

Komisi VII DPR Tegaskan Komitmen untuk Dorong Energi Terbarukan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

14 Agustus 2022
Lima Prinsip Relawan ANIES

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

14 Agustus 2022
jakarta kota yang nyaman

Cerita Orang Jepang: Jakarta Kota yang Nyaman

14 Agustus 2022
potensi diri

6 Langkah Mengenali Potensi Diri, Saatnya Raih Kesuksesan

14 Agustus 2022
Assasin

Assasin – Cerpen Noerjoso

14 Agustus 2022
Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

14 Agustus 2022

SOROTAN

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

:: Redaksi
14 Agustus 2022

Oleh: Laode Basir, Koordinator Relawan ANIES Satu simpul relawan yang makin aktif mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai Presiden menyebut dirinya...

Selengkapnya
Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang