Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Suami Tasya Kamila Idap Limfoma Hodgkin, Ini Penyebabnya

Redaksi
×

Suami Tasya Kamila Idap Limfoma Hodgkin, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Kabar kurang menyenangkan datang dari mantan artis cilik Tasya Kamila. Melalui unggahan Instagramnya, Ia mengumumkan jika suaminya tengah berjuang melawan penyakit limfoma hodgkin.

Randi Bachtiar, suami Tasya sudah menderita limfoma hodgkin stadium 2 selama berbulan-bulan. Ia juga sudah menjalani berbagai pengobatan, dari operasi, kemoterapi hingga radioterapi.

Baik Randi maupun Tasya sengaja mengungkapkan fakta ini ke publik karena ingin memberi semangat kepada pejuang kanker dan penyakit kronis lainnya.

“Untuk itu, postingan ini juga ku dedikasikan buat orang – orang yang sedang berjuang melawan penyakit kronis. Semangat! You are not alone. Semoga Allah berikan kekuatan dan kemudahan untuk kita semua,” tulis Tasya, kemarin (9/5/2021).

Lantas, apa itu limfoma hodgkin?

Limfoma seringkali disebut kanker kelenjar getah bening. Penyakit ganas ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang abnormal dan tidak terkontrol dari sel sistem imun yaitu limfosit.

Sel limfosit yang bersifat ganas itu bisa menuju ke berbagai bagian tubuh seperti limfa, limfonadi, sumsum tulang belakang, darah dan organ lainnya. Setelah itu, mereka dapat membentuk suatu massa yang disebut sebagai tumor.

Sebelumnya, sederetan public figure ini juga pernah menderita limfoma. Mereka adalah Ria Irawan, Ustaz Arifin Ilham, Gene Wilder, Renza Ferdian, dan Jackie Kennedy. Mereka semua sudah meninggal dunia, lantaran penyakit ini memang ganas dan mematikan.

Limfoma dibagi menjadi dua yaitu limfoma non-hodgkin dan hodgkin. Jika pada pemeriksaan ditemukan sel abnormal reed – sternberg, maka termasuk jenis limfoma hodgkin. Sebaliknya, jika tidak ditemukan sel reed – sternberg, dikategorikan limfoma non-hodgkin.

Gejala kedua penyakit tersebut sama saja, yaitu

  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Benjolan tidak nyeri pada leher, ketiak dan pangkal paha (biasanya berukuran lebih dari 2 cm)
  • Sesak napas akibat pembesaran kelenjar getah bening mediastinum maupun splenomegali
  • Demam
  • Berkeringat banyak pada malam hari
  • Penurunan berat badan padahal sedang tidak diet
  • Cepat lelah

Ada juga pasien yang mengeluhkan nyeri dada, batuk, nyeri punggung atau nyeri tulang.

Sampai saat ini penyebab penyakit tersebut masih belum diketahui pastinya. Sementara ini, para ilmuwa menduganya dari paparan virus, faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh yang lemah karena mengidap HIV/AIDS atau sedang menggunakan obat imunosupresan, obesitas dan usia.

Limfoma hodgkin biasanya menyerang pada orang yang berusia 15-30 tahun dan lansia di atas 55 tahun. Sementara limfoma non-hodgkin biasanya terjadi pada lansia berusia di atas 60 tahun. Kemudian, pria lebih berisiko terkena penyakit ini.

Agar terhindar dari penyakit ini, kita bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Hidup sehat

Terapkan hidup sehat dengan menghindari konsumsi makanan yang bersifat karsinogen seperti pengawet, MSG, alkohol, daging berlemak, makanan cepat saji, dan sebagainya.

Jagalah berat badan agar tetap ideal, sehingga perlu berolahraga secara teratur.

2. Melindungi diri dari berbagai penyakit infeksi

Ada beberapa virus yang bisa meningkatkan risiko limfoma. Misalnya, virus yang menyebabkan HIV/AIDS, human T-cell lymphotropic virus (HTLV-1), dan hepatitis C.

Agar terhindar dari virus-virus tersebut hindari hubungan seks bebas dan penggunaan alat suntik yang sama dengan orang lain.

Selain itu, bakteri H. pylori pada lambung juga bisa meningkatkan risiko terkena limfoma. Untuk itu, konsumsilah makanan yang bersih dan air minum yang dimasak dengan baik.

3. Menjaga kesehatan diri bagi penderita penyakit kekebalan tubuh

Penyakit kekebalan tubuh seperti autoimun dan gangguan imunodefisiensi bisa memicu pertumbuhan limfosit di luar kendali. Kondisi itu bisa menyebabkan limfoma.

Jagalah penyakit tersebut agar tetap terkendali dengan rutin kontrol ke dokter. Jalani pengobatan yang disarankan dokter dan terapkan pola hidup sehat.