Imam Al-Ghazali menerangkan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin tentang sunah puasa, seperti sahur, mensegerakan berbuka, tadarus, beri’tikaf di masjid
BARISAN.CO – Saat ini umat Islam melaksanakan kewajiban menjalankan puasa ramadhan. Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam menjalankan puasa ramadhan yakni kewajiban-kewajiban puasa.
Adapun kewajiban-kewajiban puasa menurut Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan: Pertama, mengetahui permulaan bulan ramadhan. Kedua, niat puasa ramadhan. Ketiga, menahan diri dari masuknya sesuatu ke dalam rongga dengan sengaja jika tidak bisa menahan diri maka rusaklah puasanya.
Keempat, menahan diri dari melakukan jima’. Kelima, menahan diri dari pada mengeluarkan mani, dan. Keenam, menahan diri daripada mengeluarkan muntah.
Setelah mengetahui kewajiban dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan selama sebulan penuh. Imam Al-Ghazali juga memberikan pesan tentang sunah-sunah puasa. Sebab kesemupurnaan puasa ditentukan juga oleh kesempurnaan dalam menjalankan tata aturan puasa.
Seperti mengetahui syarat dan rukun puasa, jika sudah terpenuhi dan untuk kesempurnaan tersebut dengan menjalankan amalan sunah puasa. Kesempurnaan puasa sebagai tarekat untuk mencapai tujuan akhir puasa yakni menjadi orang-orang yang muttaqin atau orang yang bertakwa.
Imam Al-Ghazali memberikan ramuan khusus tentang amalan sunah puasa sebagaimana dalam kitab Ihya Ulumudin. Al-Ghazali menuliskan:
وأما السنن فست : تأخير السحور وتعجيل الفطر بالتمر أو الماء قبل الصلاة وترك السواك بعد الزوال والجود فى شهر رمضان لما سبق من فضائله فى الزكاة ومدارسة القران والاعتكاف فى المسجد لاسيما فى العشر الاخير.
Adapun sunah, maka enam perkara: mengakhirkan sahur, menyegerakan berbuka dengan tamar atau air sebelum shalat, meninggalkan gosok gigi (bersuji) sesudah zawal (gelincir matahari), bermurah hati di dalam bulan Ramadhan, karena keutamaan-keutamaan yang telah diterangkan pada zakat dahulu, bertadarus al-Qur’an dan beri’tikaf didalam Masjid, lebih-lebih pada sepuluh yang akhir.
6 Sunah puasa Menurut Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menerangkan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin tentang sunah puasa di atas. Sunah tersebut yakni, Pertama, mengakhirkan sahur, sebab sahur memiliki beragam keutamaan, Rasulullah Saw bersabda:
Dari Anas bin Malik Ra, dari Zaid bin Tsabit Ra berkata :
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاةِ ، قَالَ : قُلْتُ : كَمْ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ ؟ قَالَ : قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةٍ
“Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah Saw lalu melaksanakan shalat. Anas berkata, Aku bertanya kepada Zaid: “Berapa jarak antara adzan dan sahur ?”. Dia menjawab : seperti lama membaca 50 ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Berbuka puasa. Rasulullah Saw senantiasa mensegerakan berbuka dengan kurma, jika tidak ada ia akan minum air putih. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Dari Anas bin Malik, ia berkata: Nabi Saw biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air.” (HR. Abu Daud)
Ketiga, meninggalkan gosok gigi (bersuji) sesudah zawal (gelincir matahari). Keempat, bermurah hati di dalam bulan Ramadhan.
Kelima, tadarus al-Quran. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ