Scroll untuk baca artikel
Sastra

Syair Laku Batin Al-Qusyairi: Teologi Kaum Sufi

Redaksi
×

Syair Laku Batin Al-Qusyairi: Teologi Kaum Sufi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Abul-Qasim Abdul-Karim al-Qusyairi atau dikenal dengan nama Al-Qusyairi ialah sufi terkemuka dari abad ke-11 (5 H). Al-Qusyairi lahir pada 986 (376 H) di Istiwa, dekat dengan salah satu pusat pengajaran ilmu-ilmu agama, kota Nisyapur (di Iran).

Al-Qusyairi lebih dikenal karena menyelami dan mengamalkan ilmu tasawuf. Namun sebelumnya Al-Qusyairi terlebih dahulu mendalami fikih, ilmu kalam, usul fikih, sastra Arab, dan lain-lain. la belajar dan bergaul dengan banyak ulama, antara lain dengan Abu Bakar Muhammad bin Abu Bakar at-Tusi (w. 1014/405 H), ahli fikih, dengan Abu Bakar bin Faurak (w. 1016/407 H), ahli usul fikih dan ilmu kalam, dengan Abu Ishaq al-Isfarayani (w. 1027/418 H), dan lain-lain.

Belajar dengan para ahli fikih membuat Al-Qusyairi juga disebut ahli fikih. Ia menganut madzhab Syafi’i, dan ahli ilmu kalam, yang menganut aliran Asy’ariyah atau Ahlus Sunnah wal-Jamaah. Sedangkan studi ilmu tasawufnya, ia belajar pada seorang sufi terkenal di Nisyapur itu, Syekh Abu Ali ad-Daqqaq (w. 1023/412 H).

Syekh Abu Ali ad-Daqqaq inilah yang mempunyai pengaruh yang besar atas pribadi al-Qusyairi, dan hasil membimbingnya menjadi bagian dari kelompok murid-murid yang istimewa (khawas). Al-Qusyairi bahkan dikawinkan dengan putri Syekh Abu Ali ad-Daqqaq.

Sedangkan arya al-Qusyairi yang amat berharga bagi sejarah kesufian dan ilmu tasawuf adalah karya tulisnya yang bernama ar-Risalat al-Qusyairiyyat. Melalui karyanya ini, ia berhasil mengabadikan warisan rohaniah kaum sufi abad ke-3 dan 4 Hijrah, berupa keterangan-keterangan tentang perjalanan hidup dan wejangan-wejangan para tokoh sufi. Karya penting lainnya yakni Lataifal-Isyarat, sebuah kitab tafsir al-Quran dengan penafsiran kesufian.

Selain ahli fikih, tasawuf, dan sufi besar ternyata Al-Qusyairi juga memiliki jiwa kepenyairan. Sebagaimana yang dikatan oleh As-Subki bahwa Al-Qusairi seorang ulama yang menguasai berbagai bidang ilmu, termasuk bahasa, sastra, dan budaya.

Karena itu, beliau juga disebut seorang sastrawan sekaligus penulis. Beliau semenjak kecil telah mempelajari bahasa dan sastra Arab. Ulama yang penyair ini banyak menggubah syair-syairnya secara improvisasi.

Ali Al- Bakhirizi banyak menyebut karya-karyanya dalam kitab Damiyatul Qashsri dan menjadi alasan baginya untuk memujinya setinggi langit. Meski begitu, nilai kesufiannya tetap mengalahkan prestasi kepenyairannya.

Syair Al-Qusyairi banyak bicara masalah laku batin (thariqat) yang disusun dengan gaya bahasa yang lembut nan indah. Berikut ini karya syair Al-Qusyairi yang dimuat dalam kitab Thabaaat Asy-Syafi’iyah Al-Kubra:

wahai Dzat, Syukurku semakin berkurang
menghitung kekokoh-kokohan-Nya
dan lidah ini semakin kelu
menyebut keluhuran-keluhuran-Nya
ada-Nya selalu tunggal
tanpa ada yang menyerupai
melampaui waktu yang lalu
dan yang akan datang
tak ada masa yang membelakangi-Nya
tidak juga memaksa menyusul-Nya
tak ada penyingkapan yang menampakkan-Nya
tidak pula penutup yang menyembunyikan-Nya
tidak ada bilangan yang menghimpun-Nya
tidak juga lawan yang mencegah-Nya
tidak ada batas yang memangkas-Nya
tidak pula daerah yang melingkupi-Nya
tidak ada alam yang mampu menawan-Nya
tidak juga mata yang bisa melihat-Nya
di dalam alam was-was
tak ada pengetahuan yang mampu menggambarkan-Nya
keagungan-Nya meninggi
sejak masa tak terhingga
yang tidak mengenal ketergeseran
juga tidak perubahan
kerajaan-Nya abadi dan
tak ada sesuatu yang mencukupi-Nya. (Luk)