Dua etentitas ini adalah keseimbangan yakni jika kebahagiaan yang banyak maka kesedihanmu nilainya juga banyak. Ibnu Atha’illah as-Sakandari mengatakan dalam maqolahnya:
لِيِقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلَّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ
“Tatkala berkurang apa yang membuatmu bahagia, maka berkurang pula apa yang membuatmu sedih”. (Al-Hikam : hlm 45)
syair :
ومن سره أن لايرى ما يسوؤه * فلا يتخذ شيئا يخاف له فقدا
فإن صلاح المرء يرجع كله * فسادا إذا الإنسان جاز به الحدا
“Barang siapa bahagia jika tidak melihat sesuatu yang membuatnya susah dan sedih, maka janganlah ia mengambilnya jika khawatir kehilangan. Karena sesungguhnya seluruh kepantasan seseorang akan rusak jika melampaui batas”.
Allah Swt berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)