Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Titik Nadir Kepakaran: Perlawanan Terhadap Pengetahuan yang Sudah Mapan

:: Opini Barisan.co
11 Desember 2020
dalam Opini
Titik Nadir Kepakaran: Perlawanan Terhadap Pengetahuan yang Sudah Mapan

Ilustrasi: shutterstock

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp
Oleh: Diautoriq Husain*

Barisan.co – Kehadiran pakar di tengah-tengah masyarakat, kini tidak lagi menjadi rujukan utama dalam menjawab setiap pertanyaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Malahan, tak sedikit yang lebih mempercayai teori konspirasi, yang dibikin oleh orang awam “sok tahu” atau bahkan oleh pesohor yang menyesatkan.

Itulah realitas kondisi Amerika Serikat (AS) pada era rimba informasi ini yang berhasil dipotret dengan baik oleh Tom Nichols, profesor U.S. Naval War College dan Harvard Extension School. Bahkan, “matinya kepakaran” yang dialihbahasakan dari judul bukunya “The Death of Expertise (2017)” tidaklah berlebihan untuk menggambarkan bagaimana pendapat yang salah bisa dianggap benar, di mana hal itu mencolok mata sewaktu pilpres AS 2016 lalu.

“Orang Amerika telah mencapai titik di mana ketidaktahuan, terutama tentang apa pun yang berkaitan dengan kebijakan publik, adalah kebajikan yang sebenarnya,” tulis Nichols dalam bukunya itu.

BACAJUGA

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

14 Agustus 2022
Penutupan Sekolah Demokrasi

Penutupan Sekolah Demokrasi: Situasi Demokrasi Indonesia Sangat Panas

26 Juni 2022

Alih-alih menyelamatkan, malah tidak sedikit dari pihak yang mestinya meluruskan, semisal kalangan pakar, perguruan tinggi, atau mungkin jurnalis, justru turut andil bagian menghabisi kepakaran. Untuk itulah, “Matinya Kepakaran” sejatinya membawa pesan supaya setiap orang tidak asal melumat informasi melainkan dari sumber yang tepat.

Kemudian, tatkala membaca buku ini, saya memang sudah kadung kepincut dengan judul bukunya, yang bagi saya, Nichols seakan sedang menantang pembacanya dengan kapasitas kepakarannya. Namun, yang saya temukan malah sebaliknya, buku ini justru tidak lebih dari keresahannya akan masa depan era post-fact.

Terlebih lagi, diakui dengan jujur oleh Nichols bahwa ternyata orang AS rata-rata pengetahuan dasarnya sangat rendah, sehingga tak jarang mereka malah memercayai informasi yang salah. Bahkan, mereka tidak segan menolaknya jika berita itu mengancam keyakinan dasarnya.

Uniknya, hal itu sebetulnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi juga banyak dialami oleh banyak negara di dunia.

“Ini sangat selaras dengan apa yang saya lihat terjadi di seluruh dunia, hampir setiap hari, dari keadaan politik energi yang mengerikan di Australia, hingga kondisi yang terus terang aneh dari debat publik tentang apa saja di AS dan Inggris,” terang Rod Lamberts, Wakil Direktur Australian National Centre for Public Awareness of Science, Australian National University, dikutip dari The Conversation.

Di samping itu, Nichols pun menyadari bahwa fenomena tersebut tidaklah baru. Hanya saja, seiring berjalannya waktu malah makin mengemuka serta menyebar luas karena kemutakhiran teknologi.

Internet memberikan akses luas ke informasi dibanding sebelumnya, yang menjerumuskan kepada ilusi pengetahuan, yang berkutat hanya pada data dan berita yang diinginkan.

Apalagi, tidak dapat dinafikan bahwa fakta, rumor, dan kebohongan, bahkan juga analisis serius, spekulasi gila-gilaan, hingga propaganda juga mudah ditemukan dalam jelajah online itu. Karenanya, seseorang sangat riskan mengalami bias konfirmasi.

Seperti kata Nichols, “untuk mencari informasi yang hanya mengonfirmasi apa yang kami yakini, menerima fakta yang hanya memperkuat penjelasan pilihan kami, dan menolak data yang menantang apa yang kami terima sebagai kebenaran.”

Itulah sebabnya, ia menyayangkan efek dari fenomena itu yang mendestruksi dialog publik yang konstruktif dan positif. Untuk itu, fallacy dan ad hominem sering didapati dalam perdebatan.

Selain itu, Nichols pun menyoroti perubahan dalam pengaruh mediasi jurnalisme terhadap hubungan antara pakar dan warga negara. Di mana keberadaan Google yang perannya lebih dominan dalam memperkuat gabungan informasi dan pengetahuan serta pengalaman.

Bahkan, kontribusi pendidikan tinggi pada buruknya hubungan antara para ahli dan warga negara juga tidak luput dari perhatiannya. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, dia menyebutkan keterlibatan akademisi dalam memperkeruh hubungan tersebut.

Dalam uraiannya, Nichols pun mengkritisi bagaimana perguruan tinggi memperlakukan mahasiswa sebagai klien, dan akibatnya terlalu bergantung pada kemanjuran dan relevansi penilaian mahasiswa kepada profesornya.

“Mengevaluasi guru menciptakan kebiasaan pikiran di mana orang awam menjadi terbiasa menilai ahli, meskipun berada dalam posisi yang jelas, memiliki pengetahuan yang lebih rendah tentang materi pelajaran,” keluhnya.

Karenanya, serangan terhadap para ahli dengan mencapnya sebagai “elitis” dalam wacana publik AS, jika ditarik lebih jauh tidak lepas dari keterlibatan akademisi. Naasnya, Nichols melihat serangan-serangan tersebut tidak berdasar pada ketidaktahuan, melainkan berdasar pada kesombongan dan kemarahan semata akibat budaya narsistik di sana yang semakin menjadi-jadi, yang berujung pada pengkondisian ketidaksetaraan dalam bentuk apa pun.

Padahal, demokrasi menurut Nichols mestinya memberikan “kondisi kesetaraan politik”: satu orang, satu suara, semua orang setara di mata hukum. Itulah mengapa, ia mengkhawatirkan bahaya dari matinya kepakaran ini.

Utamanya, godaan dalam masyarakat demokratis yang terperangkap dalam “desakan kebencian pada kesetaraan”. Sebab, hal itu bisa berubah menjadi “ketidaktahuan yang menindas” jika dibiarkan. Dan, lagi-lagi, ruang perdebatan menjadi tidak menarik untuk diisi.

Diautoriq Husain, Penulis, tinggal di Jakarta

Topik: Bedah BukuDemokrasiMatinya KepakaranTom Nichols
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Filosofi Pohon
Opini

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern
Opini

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus
Opini

Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus

15 Juli 2022
Diamnya Anies Menghadapi Fitnah, Tanda Kekuatan Seorang Muslim
Opini

Diamnya Anies Menghadapi Fitnah, Tanda Kekuatan Seorang Muslim

12 Juli 2022
Catatan Kelucuan di Negeri +62
Opini

Catatan Kelucuan di Negeri +62

12 Juli 2022
Lainnya
Selanjutnya
Sering Disebut dalam Kasus Tewasnya Laskar FPI, Apa itu Extrajudicial Killing?

Sering Disebut dalam Kasus Tewasnya Laskar FPI, Apa itu Extrajudicial Killing?

Perlu Pembacaan Moral Atas Kasus Meninggalnya 6 Laskar FPI

Perlu Pembacaan Moral Atas Kasus Meninggalnya 6 Laskar FPI

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

14 Agustus 2022
Lima Prinsip Relawan ANIES

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

14 Agustus 2022
jakarta kota yang nyaman

Cerita Orang Jepang: Jakarta Kota yang Nyaman

14 Agustus 2022
potensi diri

6 Langkah Mengenali Potensi Diri, Saatnya Raih Kesuksesan

14 Agustus 2022
Assasin

Assasin – Cerpen Noerjoso

14 Agustus 2022
Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

14 Agustus 2022

SOROTAN

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

:: Redaksi
14 Agustus 2022

Oleh: Laode Basir, Koordinator Relawan ANIES Satu simpul relawan yang makin aktif mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai Presiden menyebut dirinya...

Selengkapnya
Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang