BARISAN.CO – Jam masuk sekolah telah terlewati, Ani pun duduk di kelasnya, namun tidak seperti biasanya. Sudah seminggu ini Ani, anak yang terdaftar sebagai kelas 4 di sekolah dasar itu Nampak tak ceria sebelumnya. Selain semangat belajar yang meredup, nafsu makannya juga berkurang, tak jarang pula terlihat Ani merenung.
Telisik-punya telisik, semasa dengan perubahan perilaku Ani, orangtuanya di rumah kerap menampakkan pertengkarannya. Ani pun menjadi bingung dan sedih, bahkan kasih sayang yang selama ini ia dapatkan turut surut bak mentari ditelan malam.
Hidup berumah tangga tentunya tak lepas dari yang namanya masalah. Masalah yang berbuntut pada terjadinya pertengkaran pun tak terhindarkan. Celakanya, tanpa orangtua sadari bahwa mereka telah bertengkar di depan anaknya.
Padahal, bertengkar di depan anak akan berdampak buruk terhadap tumbuh kembangnya. Masa kecil seharusnya menjadi masa paling indah yang bisa dikenang oleh anak sampai kapanpun.
Dampak
Mungkin terkesan sepele dan tidak berdampak pada anak, namun ternyata hal-hal berikut inilah yang bisa saja terjadi ketika anak menyaksikan orangtuanya bertengkar dihadapannya.
- Anak jadi benci orangtuanya karena dinilai tidak saling menyayangi lagi
Anak menilai orangtuanya tidak lagi saling menyayangi karena sering berselisih seperti layaknya musuh. Anak pun melihat hubungan orangtuanya tidak seharmonis dulu. Ia juga akan merasa orangtuanya tidak menyayanginya lagi.
- Pertengkaran orangtua akan membuat anak dihantui rasa takut seumur hidupnya
Anak dikhawatirkan akan tumbuh menjadi orang yang penakut apabila selalu melihat orangtuanya bertengkar ketika ia masih kecil. Sebaiknya orangtua bisa menyelesaikan masalah di ruangan tertutup agar tidak terlihat oleh anak, karena mereka sangat sensitif.
- Anak akan mengalami trauma dan takut untuk menikah ketika ia sudah dewasa
Apabila pertengkaran orangtua sudah menjadi tontonan anak setiap hari, maka dikhawatirkan ia jadi takut dan juga malas untuk menikah ketika sudah dewasa nanti. Ia selalu berpikiran buruk tentang pernikahan. Jadi, seakan sudah tertanam di pikirannya bahwa menikah hanya untuk bertengkar saja.
- Anak tidak konsentrasi ketika berada di sekolah sehingga nilainya menurun
seringnya melihat orangtuanya berselisih dengan emosi yang meluap-luap, maka anak menjadi tidak fokus dalam menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah. Apa yang dialami oleh orangtuanya akan membuat anak menjadi tidak konsentrasi ketika berada di sekolah. Alhasil, prestasinya jadi menurun.
- Anak akan menjadi tertutup dan enggan dekat dengan orangtua
Anak yang kerap melihat orangtuanya bertengkar, akan mengalami stress dan malu. Anak menjadi pribadi yang tertutup dan enggan untuk bertemu bahkan dekat dengan orangtuanya dan juga orang lain karena ia lebih suka menyendiri.
- Anak menjadi tidak peduli terhadap semua aturan yang dibuat oleh orangtuanya
Dengan melihat orangtuanya saling mencaci maki dengan kata-kata yang kasar ketika sedang bertengkar, maka anak akan jadi bingung dan tidak peduli lagi terhadap semua aturan karena menilai orangtuanya yang selama ini dianggap sebagai panutan malah melanggar.
- Anak akan bingung harus berpihak pada siapa, ayah atau ibunya?
Pertengkaran orangtua akan membuat anak dilema dan juga bingung karena mau tidak mau ia dipaksa harus membela salah satu dari orangtuanya. Paksaan orangtua ini tentunya sangat tidak baik karena bisa mengganggu pikiran anak.
- Anak akan mudah marah karena terbiasa melihat orangtuanya marah
Ketika anak melihat orangtuanya berselisih dengan penuh emosi dan suara lantang, maka lama kelamaan ia akan terbiasa untuk mendengar orang marah. Anak akan menjadi mudah marah dan sulit untuk bisa mengontrol dirinya sendiri.
- Anak lebih suka beraktifitas di luar rumah karena tak tahan dengan pertengkaran orangtuanya
Karena sering melihat orangtuanya bertengkar di rumah, maka lama kelamaan anak pun tidak tahan dengan kondisi itu. Alhasil, anak pun lebih suka untuk menghabiskan waktu di luar rumah untuk mencari ketenangan. Hal ini harus diwaspadai ketika anak beraktifitas tanpa didampingi orangtuanya karena bisa mempengaruhi perkembangan anak, misalnya anak jadi tertarik melakukan hal-hal yang buruk sebagai pelampiasannya.