Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Yudi Latif, Tiga Ranah Sosialisasi Pancasila

Redaksi
×

Yudi Latif, Tiga Ranah Sosialisasi Pancasila

Sebarkan artikel ini

Tiga ranah—mental-karakter, material-teknologikal, dan institusional-politikal—selaras dengan konsep jatuh-bangun peradaban yang dipapar Arnold Toynbee. Toynbee mengungkap, sebagaimana dituturkan Kang Yudi, pertama, suatu peradaban akan bertahan selagi masih memiliki landasan visi spiritualitas. Spiritual adalah sisi terdalam, sebagai basis immaterial. Ia berupa jiwa-jiwa berkarakter, sebagai jantung pertahanan terakhir dan terdalam suatu peradaban.

Kedua, selain sisi terdalam, ada sisi paling luar yakni sains dan teknologi. Sisi paling permukaan, yang tampak, sebagai ranah material. Jadi, ada wilayah immaterial, yang diistilahkan dalam kitab suci “iman” dan ada wujud material, berupa sains dan teknologi sebagai produk ilmu pengetahuan. “Allah pasti akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berpengetahuan di antaramu beberapa tingkat lebih tinggi.” (Al-Mujadilah: 11).

Ketiga, di antara immaterial dan material, di antara dimensi spiritualitas dan wilayah teknologi, terdapatlah institusi yang mengelola. Ada sistem pengelolaan yang memanajeri peradaban. “Aku akan menciptakan khalifah di bumi.” (Al-Baqarah: 30).

Selanjutnya, ranah immaterial (mental-karakter) di sini adalah upaya pengembangan suasana kejiwaan dan pola pikir yang berkepribadian (berkarakter). Yaitu suasana jiwa dan pola pikir berketuhanan yang lapang dan toleran; welas asih dengan sesama manusia; dan nyaman dengan ruang hidup (tanah air) serta pergaulan hidup yang manjemuk.

Singkatnya, sebuah tata nilai yang berspirit ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan. Sehingga bersuburlah daya-daya spiritualitas yang berperikemanusiaan dan sanggup menjalin persatuan dengan bersemangat pelayanan (pengorbanan). Dan, Kang Yudi menandaskan agen utama di ranah ini adalah komunitas.

Terus, ranah institusional-politikal adalah kekhalifahan yang mengandaikan adanya bangunan sosial-politik yang bercita kerakyatan, bercita permusyawaratan, dan bercita hikmat-kebijaksanaan. Agen utama tata kelola adalah penyelenggara negara dan kepemimpinan politik.
Kemudian, ranah material-teknologikal sebagai tata sejahtera.

Sebagai wujud nyata suatu negeri menjadi bangsa yang mandiri dan berkesejahteraan. Bangsa yang mengupayakan perekonomian merdeka dan berkeadilan, serta bangsa yang berlandaskan tolong-menolong. Agen utama di tata sejahtera ini adalah dunia usaha.

Nah, ketiga ranah tersebut berbeda tapi tak terpisahkan. Mereka saling bertaut. Bahwa wilayah revolusi spiritual itu perlu dukungan kebijakan politik dan kesejahteraan segenap rakyat. Bahwa perubahan politik itu mensyaratkan kemapanan kultur nilai dan keamanan perekonomian.