Seorang zahid berusaha senantiasa tidak selalu berurusan dengan usaha duniawi, ia mengisi hatinya dengan ketundukan kepada Allah Swt. Berzikir dan beramal sebagai bentuk mencukupi kebutuhan hidupnya, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Diceritakan bahwa Nabi Isa as pernah bersabda: “Aku ingatkan kamu sekalian dengan ikhlas, bahwasanya cinta kepada dunia itu pokok segala dosa. Dalam harta itu terdapat berbagai penyakit.”
Sahabatnya bertanya: “Wahai Rasulullah! Apa pula penawarnya?”
“Jangan ikutkan kehendaknya,” jawab Isa.
“Jika kita ikutkan juga?,” tanya sahabat
Isa pun berkata, “Nanti akan timbul padanya perasaan bangga dan congkak.”
Mereka bertanya lagi: “Jika tidak ada bangga dan congkak?“
“Nanti akan dipengaruhi daripada duduk dan berzikir kepada Allah Swt,” jawab Isa.
Seorang zahid memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan memenuhi kebutuhan dunianya dan berzikir. Memiliki kesadaran sejati bahwa hidup di dunia sementara untuk khusnul khotimah menuju jalan akhirat.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: “Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.” (HR. Ibnu Asakir).