Scroll untuk baca artikel
Terkini

Belajar Mudah Ekonomi Indonesia

Redaksi
×

Belajar Mudah Ekonomi Indonesia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Informasi dan analisis ekonomi sering menjadi sorotan utama berbagai media masa. Bahkan, banyak media yang fokus pada topik ekonomi, bisnis dan keuangan. Netizen media sosial pun terbilang sering berbincang topik itu.

Topik ekonomi sering menimbulkan perbedaan pandangan yang cukup tajam. Bukan hanya antar netizen yang pengetahuan tentang ekonominya relatif terbatas. Antar para ahli ekonomi pun tak jarang berseberangan pendapat.

Sebagai contoh, perdebatan tentang angka pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 sebesar 7,07 persen secara year on year yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (05/08/2021).

Pandangan pemerintah yang direpresentasikan oleh pernyataan para pejabat tinggi mensikapi dengan suka cita, dan menilainya sebagai petanda pemulihan ekonomi telah berlangsung. Diklaim, Indonesia telah keluar dari resesi akibat pandemi.

Tidak sedikit pihak lain yang berbeda pandangan, termasuk mereka yang terbilang ahli ekonomi. Sebagian menjelaskan angka pertumbuhan itu tidak luar biasa, ada faktor basis perhitungan yang rendah, karena setahun sebelumnya terkontraksi cukup dalam. Setelah kontraksi 5,32 persen, maka tumbuh 7,07% belum berarti banyak. Dikemukakan pula beberapa sudut pandang melihat angka pertumbuhan, seperti triwulan ke triwulan, dan kumulatif dua triwulan.

Ada yang mengkritisi lebih jauh dan bisa dikatakan spekulatif. Namun, spekulasi mereka berdasar fakta lapangan tentang kondisi usaha mikro dan kecil, serta banyaknya pengangguran atau setengah pengangguran. Pihak ini meragukan tingginya angka pertumbuhan tersebut.

Wajar jika, perdebatan antar netizen tampak lebih seru dan sedikit brutal. Antara lain karena para pihak lebih mengedepankan asumsi dan keberpihakannya, dibanding argumen teknis ekonomi.

Pada kenyataannya, perdebatan tentang topik ekonomi memang meningkat selama era pandemi ini. Pandemi berdampak luas atas kondisi ekonomi. Topik lain yang sering mengemuka adalah soal utang pemerintah dan anggaran penanganan covid.

Sayangnya, para netizen tampak kurang memiliki pengetahuan memadai tentang berbagai istilah dan indikator ekonomi. Media masa pun tak sepenuhnya bersifat menjelaskan persoalan.

Fenomena demikian menjadi salah satu pendorong Awalil Rizky, seorang ekonom, melakukan upaya edukasi tentang ekonomi Indonesia. Awalil rajin memposting informasi dan analisis tentang ekonomi di akun twitter dan fesbuk. Tentu saja dia juga memiliki opini sendiri dalam berbagai tulisannya. Namun banyak postingan medsos dan tulisan hanya bersifat informatif dan merupakan penjelasan.

Tak mencukupkan diri dengan itu, Awalil menyelenggarakan kuliah ekonomi secara daring. Dilakukan sejak Maret tahun 2020. Telah diselesaikan 110 sesi kuliah berbagai topik ekonomi Indonesia untuk angkatan pertama, yang tiap sesi rata-rata diikuti hingga 50 orang.

Kuliah ekonomi secara daring kembali dilakukan mulai Selasa (03/08/2021) untuk angkatan kedua. Kuliah diberikan tiap hari Selasa dan Jumat sore. Tiap pertemuan terdiri dari dua sesi. Direncanakan sebanyak 100 sesi kuliah.

Disampaikannya kepada redaksi bahwa sebenarnya program ini lebih merupakan ajakan belajar bersama. Sehingga disebut sebagai “Belajar Ekonomi Indonesia”. Topik yang disampaikan pun lebih bersifat pengantar, bukan analisis yang mendalam. Harapannya jika masih berbeda pendapat, didasarkan pada kesamaan beberapa pengertian dan data.

Ditambahkannya, belajar ekonomi itu mudah. Tidak harus memiliki latar belakang pendidikan tinggi ekonomi. Sekalipun belum menjadi ahli ekonomi, sekurangnya mampu menilai kondisi ekonomi atau mencermati pandangan para ekonom dan pejabat pemerinta.