Filosofi lepet menurut orang Jawa berasal dari kata ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Lepet terbuat dari janur atau ja’a nur artinya datangnya cahaya
BARISAN.CO – Saat hari raya idul fitri selain ketupat, ada makanan khas yang dihidangkan yakni lepet makanan tradisional khas jawa yang terbuat dari ketan. Di Indonesia pada bulan syawal ada dua peringatan hari raya yakni idul fitri dan bakda kupat atau hari raya ketupat.
Jika hari raya idul fitri dirayakan setiap tanggal 1 syawal, bakda kupat dirayakan seminggu setelahnya. Kupat dan lepat dua makanan yang tidak dapat dipisahkan, jika membuat ketupat maka juga akan membuat lepet.
Lepet merupakan makanan khas yang dibuat dari ketan dan dibungkus dengan daun muda dari pohon kelapa atau yang dikenal dengan sebutan janur yang berwarna kuning. Jadi bahan pembuatan sama dengan ketupat, sehingga menjadi hidangan yang tidak terpisahkan saat lebaran.
Bahan pembuatannya dari janur atau daun muda dari pohon kelapa ini memiliki filosofi yang dalam. Daun janur yang berwarna kuning itu memiliki makna.
Janur dalam bahasa arab memiliki dua makna; Pertama, janur berasal dari kata ja’a nur yang artinya datangnya cahaya. Kedua, janur berasal dari kata janatun nur yang artinya cahaya surga.
Jadi janur sebagai simbol kebahagiaan dan kecerahan yang berwarna kuning karena disitu datangnya cahaya dan disitulah surga. Indonesia adalah negeri serpihan cahaya surga yang melimpah kekayaan alamnya.
Janur kuning sebagai simbol kebahagiaan merupakan ciri khas masyarakat jawa. Sehingga janur bukan sekadar menjadi symbol namun juga sebagai penanda. Penanda yang menggunkan janur seperti ada acara khitanan, pernikahan ataupun perayaan kebahagiaan selalu menggunakan janur kuning sebagai penghias tempat acara.
Sedangkan lepet yang terbuat dari janur kuning berbentuk memanjang yang diidentikankan dengan makna “Shiratal Mustaqim” atau jalan lurus.
Maka seseorang lurus dan tegak dalam menjalankan peran Abdullah (hamba Allah) dan Khalifah (Pemimpin dibumi). Pada saatnya nanti di akhirat setiap manusia diperintahkan melewati jembatan shiratal mustaqim, jembatan menuju surga.
Lepet yang telah diisi ketan dan dibungkus dengan janur kuning lalu akan diikat dengan 3 tali, tali terbut biasanya terbuat dari bambu. Mengunakan tali berjumlah 3, memiliki makna simbol yakni Iman, Ilmu dan Amal.
Sedangkan bambu merupakan pohon yang menjulang tinggi memiliki maksud hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan akarnya yang kuat sebagai hablum minannas (hubungan dengan manusia).
Sedangkan lepet menurut orang Jawa berasal dari kata ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Maka di hari lebaran, salah satu tradisi penting yang hingga kini yakni saling meminta maaf.
Selanjutnya filosofi lepet yakni silep kang rapet yang artinya menutup dengan rapat. Maksudnya ketika seseorang sudah saling meminta maaf, selanjutnya yakni menutup kesalahan tersebut tanpa mengulangi kesalahanya lagi yakni dengan membuka lembaran baru berbuat kebaikan dan menjaga persaudaraan.