Perilaku over-eksploitasi terhadap teknologi informasi, transportasi, dan alam ini juga merambah pada kehidupan personal manusia. Sehingga memunculkan beragam penyakit-penyakit sosial, seperti banyaknya kasus perceraian, bunuh diri, narkoba, pembunuhan, psikopat, dan korupsi.
Frijof Capra berpandangan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penyakit-penyakit peradaban. Begitu juga penyakit oligarki politik dan oligarki ekonomi yang menggerogoti isi pemerintahan.
Kini manusia mulai terkungkung oleh kepalsuan hidup, menurut Erich Fromm hal ini terkait gejala reifikasi (pembendaan obyketivikasi) dan alienasi (manusia menuju keterasingan).
Kini robot-robot manusia telah menghayati dirinya sebagai benda dan obyek, pada gilirannya tujuan hidup adalah kumpulan fakta-fakta kosong tanpa makna dan nilai.
Manusia mengalami perasaan keterasingan (alienasi) dari segala sesuatu; sesama manusia, bersama alam, dan Tuhan. Ya…kita ini seperti seperti kata Chairil Anwar, “Aku adalah binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang.”
Kita bukan lagi menjadi sosok khalifah bumi atau manusia sesungguhnya. Sudah jadi binatang, terbuang dari kumpulannya pula.
Virus Corona inipun beragam tanggapan dalam menanganinya mulai dari social distancing, stay at home, work at home, lockdown hingga PPKM yang mirip MLM. Sebagai sebuah tanda, bahwa manusia telah lelah, begitu juga alam lelah menghadapi perilaku manusia. Alam ingin memperbaiki dirinya, alam berusaha memusatkan kembali energinya.
Kematian yang ditimbulkan oleh virus itu hanya bagian kecil, justru penyakit-penyakit peradaban inilah yang banyak menelan korban. Korbannya tidak hanya individu, tapi seluruh rakyat harus menerimanya, seperti penyakit korupsi yang tak kunjung usai.
Yuk….ngopi, bukan alienasi dan kembali merangkai hubungan manusia, alam, dan Tuhan.