BARISAN.CO – Saya mendapatkan pesan singkat melalui Whatshaap diminta membuat performance art tentang gencatan senjata Israel dan Palestina. Hal ini mengingatkan saya melakukan performance art beberapa tahun silam. Bela Palestina?
Aksi yang saya lakukan dengan membakar diri, tumpukan kertas yang dililitkan di tubuh lalu dibakar. Kemudian saya diseret, tubuh saya semakin hitam. Namun yang paling sakit justru kedua mata, sebab asap yang mengepul mengenai mata. Sehingga hampir tiga hari mata saya agak buram melihat.
Dukungan bukan lantaran pandangan agama, antara zionis, Yahudi, maupun Islam. Bahkan ideologi tertentu, sebab jika bicara ideologi negara Palestina ada juga yang berideologi komunis. Bukan soal Hamas maupun Fatah.
Juga bukan karena negara Palestina adalah negeri para nabi. Oleh karena populernya atau perebutan Masjid Al-Aqsa. Palestina negeri para Nabi, mulai dari Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad Saw, Nabi Yusuf, Nabi Yaqub, Luth, Sulaiman, Ishaq, Isa, Musa, dan Nabi Dawud.
Apalagi bela Palestina terkait persoalan ekonomi. Sebab dalam sekala ekonomi, justru negara Indonesia diuntungkan. Ekspor Indonesia ke negara Israel lebih besar. Apalagi semenjak Pandemi Covid-19, ketika perdagangan mulai lesu, Indonesia mencatatkan surplus dengan nilai ekspor US$157,52 juta berbanding impor US$56,53 juta pada tahun 2020.
Ini soal kemanusiaan, lebih dari 200 pendududuk sipil Palestina menjadi korban, termasuk 60 anak-anak meninggal.
Ini juga soal tujuan berdirinya negara Indoensia. Sebagaimana tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi:
“…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Semoga ada kedamaian dan kemanusiaan. Selamat berjuang.