BARISAN.CO – Umumnya musim kemarau, cuaca sering kali menjadi ekstrem. Maksudnya jika panas akan berlebih pada siang hari, dan malam akan mengalami penurunan suhu hingga lebih rendah daripada sebelumnya atau lebih dingin. Hal semacam ini jika imun tubuh menurun akan mudah menyebabkan sakit, seperti flu dengan bersin sebagai salah satu gejalanya.
Sesekali mungkin kita tak ada masalah, namun jika berkali kali beberapa aktivitas kita mungkin bisa terhambat. Padahal ini adalah hal alami yang dilakukan oleh tubuh kita.
Terjadinya bersin merupakan suatu bentuk reaksi tubuh terhadap iritasi atau adanya benda asing yang masuk ke hidung, seperti bau makanan, pilek, flu, kuman, , bakteri, virus (termasuk corona), debu, dan bulu binatang.
Bila iritasi terjadi atau benda benda asing tadi menyusup ke dalam hidung, otak akan mengirim sinyal untuk mengeluarkannya dari hidung.
Otak akan meminta untuk mengambil napas dalam dalam dan menahannya. Hal ini menyebabkan otot otot di dada mengencang. Pada saat inilah secara refleks lidah akan menyentuh langit langit mulut, kemudian udara secara cepat keluar bersamaan saat melepaskan napas dalam bentuk bersin.
Karena bersin akibat karena adanya iritasi atau benda asing yang masuk ke hidung, maka tubuh secara otomatis akan menyesuaikan refleksnya dalam mengeluarkan benda asing tersebut.
Bila bersin hingga berulang kali dalam sekali waktu, tandanya tubuh sedang melakukan beberapa kali usaha untuk benar benar menghilangkan benda asing yang menempel di rongga hidung.
Cara tubuh mengatur rongga hidung
Seperti halnya komputer yang kelelahan bekerja, di saat saat tertentu hidung juga butuh penyegaran dan penyetelan ulang. Saat kita bersin, partikel asing yang menyusup ke dalam rongga hidung akan keluar. Pada saat inilah saluran pernapasan seolah disetel ulang dan membuatnya kembali segar.
Uniknya hampir tidak ada orang yang tidak menutup matanya saat bersin. Jikalau kita ingin mencoba tetap membuka mata, hal itu akan sangat sulit dilakukan. Pasalnya, ini adalah bagian dari reaksi refleks tadi. Ketika otak mengirimkan sinyal untuk bersin, otak sekaligus juga mengirim perintah pada mata untuk segera terpejam.
Seorang asisten profesor otolaryngology di Fakultas Kedokteran Universitas Saint Louis, Alan Wild, mengatakan bahwa dia tidak pernah merekomendasikan seseorang untuk menahan bersin. Kita mungkin pernah melakukannya dengan tujuan supaya suara bersin terdengar lebih sopan.
Alih alih tampak sopan, kita justru bisa saja mengalami dampak berbahaya ini saat menahan bersin, seperti pecahnya pembuluh darah mata, rusaknya pembuluh darah otak, atau pecahnya gendang telinga.
Kasus tersebut memang jarang terjadi, tapi alangkah baiknya jika kita mencegahnya. Bila kekeh ingin tetap terlihat sopan, kita bisa melakukan beberapa cara untuk menekan keinginan.
Wild menyarankan untuk menggosok hidung, memaksa napas dalam dalam kemudian mengeluarkannya dari hidung, atau menekan bibir atas di bawah hidung.
Semburan sepanjang sembilan meter
Menurut studi yang dilakukan Juliang Tang, seorang ilmuwan dari Singapura, makin besar tubuh seseorang, maka makin tinggi pula kecepatan bersinnya. Karena terjadinya reaksi sangat kuat sedangkan partikel asing yang dikeluarkan sangat kecil, hal ini menyebabkan semburan partikel yang keluar saat bersin bisa menempuh jarak hingga 9 meter.
Itulah mengapa para ahli kesehatan menganjurkan untuk menutup hidung, agar partikel yang menyembur tidak menyebar ke mana mana. Kecepatan bersin bisa mencapai 100 miles per jam, ditambah percikannya bisa sampai 40.000 tetes sekali bersin.
Normalnya, ingus atau lendir yang keluar saat kamu bersin adalah berwarna jernih. Bila ternyata ingus memiliki warna hijau, kuning, atau cokelat, bisa jadi sedang mengidap suatu infeksi. Sel darah putih yang bertugas melawan bakteri saat kamu bersin adalah penyebab ingus berubah warna. Segera menghubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.