Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Bersyukur Diberi Sakit

Redaksi
×

Bersyukur Diberi Sakit

Sebarkan artikel ini

Bersyukur diberi sakit cara seorang hamba agar dekat dengan Allah Swt. Maka bersyukurlah saat diberi nikmat sehat oleh Allah karena nikmat Allah sangat luas

BARISAN.CO – Mudah-mudahan kita semua dikaruniai nikmatnya bersabar, karena kesabaran begitu tinggi nilainya dalam Islam. Kedudukan seseorang di sisi Allah, keakraban seseorang dengan Allah bisa ditempuh dengan kesabaran karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

Sabar bagi manusia bukan berarti pasrah, sabar adalah kegigihan kita untuk tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah dengan tawakalbillah setelah semua usaha kita lakukan. Jadi kesabaran itu adalah sebuah proses aktif, kombinasi antara ridho dan ikhtiar.

Kesabaran bukan proses diam dan pasif melainkan proses aktif yaitu akal aktif, tubuh aktif dan iman yang aktif. Justru dari musibah yang disikapi dengan sabar akan lahir rahmat dan tuntunan dari Allah. Allah Swt berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Ditimpa musibah sakit, misalnya. Sakit adalah bagian dari penggugur dosa. Rasullullah bersabda dalam sebuah hadis, “Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih). Jadi proses sakit itu merupakan proses pengguguran dosa.

Selain sabar, rasa syukur atas sakit adalah bentuk cinta hamba atas nikmat yang diberikan Allah Swt. Oleh karena meski dalam keadaan sakit seorang hamba hendaknya tetap bersyukur. Allah Swt berfirman:

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152)

Bagaimana sabar menghadapi sakit?

Sabar yang pertama adalah jikalau kita suatu saat diuji dengan sakit, kita harus sadar bahwa kesabaran pertama yang harus dimiliki adalah sabar Husnuzon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk-buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah.

Husnudhon karena tubuh kita adalah milik Allah, bukan milik kita. Kalau Allah mau membuat penyakit pada diri kita, sehebat apapun diri kita tetap sakit. Allah berkuasa terhadap diri kita dan Allah mudah berbuata apa saja. Ingatlah bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.

Sabar yang kedua adalah sabar untuk tidak mengeluh. Sebenarnya menceritakan penderitaan kita kepada orang lain adalah mencerminkan ketidaksabaran, apalagi jika kita menceritakan sesuatu seakan lebih dari kenyataan.

Maka hati-hatilah dalam menceritakan penderitaan kepada orang lain sebab jika tidak hati-hati bisa menjadi kufur nikmat, sepertinya mengadukan perbuatan Allah yang Maha Agung kepada manusia, makhluk yang lemah. Jangan keluh kesah apalagi sampai mendramatisir, jangan sampai memprotes ketentuan Allah yang Maha Adil.

Sakit tidak membuat seseorang jadi hina kalau disikapi dengan akhlak yang mulia. Jadi untuk menjadikan tubuh yang sehat juga memerlukan hati/ jiwa yang sehat pula, karena yang sesungguhnya merasakan sesuatu ini adalah jiwa kita, bukan raga. [Luk]