Lima status lainnya disebut pekerja informal. Yaitu: Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tidak tetap, Pekerja bebas di pertanian, Pekerja bebas di nonpertanian, dan Pekerja keluarga/tak dibayar.
Jumlah dan persentase pekerja informal cenderung menurun sebelum pandemi. Dampak pandemi membuatnya meningkat, bahkan masih berlanjut hingga Februari 2022. Berturut-turut untuk kondisi Februari: 75,50 juta orang atau 56,64% (2020), 78,14 juta orang atau 59,62% (2021), dan 81,33 juta orang atau 59,97% (2022).
Diantara yang informal itu yang perlu dicermati adalah yang berstatus pekerja keluarga/tak dibayar. Yaitu mereka yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. Dalam kehidupan sehari-hari pekerja berstatus ini serupa dengan pengangguran.
Jumlahnya meningkat signifikan karena dampak pandemi. Dari 17,41 juta orang pada Februari 2020 menjadi 19,18 juta orang pada Februari 2021. Dan masih bertambah pada Februari 2020 sehingga mencapai 19,71 juta orang.
Terjadi pula peningkatan dalam status pekerjaan yang mencerminkan pelaku usaha mikro, yaitu mereka yang berusaha sendiri. Jumlahnya meningkat dari 25,10 juta orang (Februari 2020) menjadi 25,65 juta orang (Februari 2021) dan 26,91 juta orang (Februari 2022).
Catatan lain terkait dengan mereka yang termasuk bekerja tidak penuh atau di bawah jam kerja normal (35 jam per minggu). Jumlahnya meningkat drastis karena pandemi, dari 40,21 juta orang (Februari 2020) menjadi 46,92 juta orang (Februari 2021). Dan masih meningkat menjadi 47,19 juta orang pada Februari 2022.
Dari uraian di atas tampak bahwa penurunan jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2020 belum mencerminkan kondisi perekonomian yang telah pulih. Hanya terjadi sedikit perbaikan. Banyak catatan yang membuat tantangan soal ketenagakerjaan masih cukup berat di masa mendatang. [rif]