Bahkan, Bank Indonesia sebagai salah satu otoritas ekonomi mengeluarkan proyeksi yang lebih rendah dibanding Pemerintah (APBN). Bank Indonesia hanya berani memproyeksikan kisaran 3,2 – 4% atau titik tengahnya hanya 3,6% pada 2021. Sedangkan pada 2022 di kisaran 4,7 – 5,5% atau titik tengahnya hanya 5,1%.
Begitu pula dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan PDB riil Indonesia dari International Monetary Fund (IMF). IMF masih memproyeksikan hanya tumbuh 3,2% pada 2021 dan menjadi 5,94% pada 2022.
Angka pertumbuhan 2022 dari IMF seolah tinggi, namun dengan low baseline effect yang berturut-turut selama 3 tahun, maka nilai PDB riil nya justeru lebih tertahan. Jika memakai ukuran pulih berupa besaran PDB riil hipotetis tanpa pandemi, maka masih belum pulih hingga tahun 2026.
Pemulihan dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDB riil sejatinya juga perlu diperiksa dalam aspek “kualitasnya”. Salah satu aspeknya terkait sektor mana saja yang telah mulai tumbuh cepat dan yang masih lambat, serta bagaimana dibanding dengan sebelum pandemi.
Perkembangan laju pertumbuhan tiga sektor berporsi terbesar ternyata masih tertahan pada 2021, setelah mengalami kontraksi atau penurunan signifikan pada 2020. Sektor pertanian hingga triwulan tiga 2021 hanya tumbuh 1,62%, padahal lintasannya sebelum pandemi di kisaran 4%. Sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,87%, lintasannya di kisaran 4,3%. Sedangkan sektor perdagangan, reparasi mobil dan motor memang telah tumbuh 4,34%, namun masih sedikit di bawah lintasannya.
Besaran pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021 bisa dikatakan “tertolong” oleh beberapa sektor yang justeru tumbuh di atas lintasannya. Di antaranya adalah sektor informasi dan komunikasi, sektor Jasa Kesehatan, dan Jasa Keuangan.
Jika dilihat dari porsi tenaga kerja yang bekerja pada tiga sektor terbesar tadi, maka beberapa soalan lain timbul. Terutama dalam hal masih belum terdorongnya daya beli dari mayoritas masyarakat.
Soalan kualitas pertumbuhan ekonomi ini terkonfirmasi pula dalam perkembangan data terkait ketenagakerjaan dan kemiskinan. Kedua hal tersebut akan dibahas pada bagian dua tulisan ini, yang memperkuat kesimpulan ekonomi Indonesia masih belum pulih pada 2022. [dmr]