Scroll untuk baca artikel
Blog

Ekonomi Indonesia Diprakirakan Belum Pulih Tahun 2022 [Bagian Satu]

Redaksi
×

Ekonomi Indonesia Diprakirakan Belum Pulih Tahun 2022 [Bagian Satu]

Sebarkan artikel ini

Pemerintah membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan 2025 berupa rentang as usual dan asumsi reform dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2022. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Pemerintah tersebut bisa diterjemahkan berupa nilai PDB riil. Ketika dibandingkan dengan andai tak ada pandemi tadi, proyeksi optimis yang berasumsi reformasi struktural pun masih belum pulih hingga tahun 2025.

Reformasi struktural dimaksud dijelaskan antara lain dengan narasi reformasi perpajakan, refocusing belanja negara, pelaksanaan UU cipta kerja, melanjutkan program prioritas nasional, dan lain-lain.

Akan tetapi, ketika ditetapkan sebagai APBN, asumsi atau target pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,2%. Padahal dalam Nota Keuangan dan RAPBN masih disebut rentang 5,0 – 5,5%. Artinya, pemerintah dan DPR sepakat tidak memakai batas atas atau asumsi reformasi, melainkan sekitar titik tengahnya saja.

Bahkan, Bank Indonesia sebagai salah satu otoritas ekonomi mengeluarkan proyeksi yang lebih rendah dibanding Pemerintah (APBN). Bank Indonesia hanya berani memproyeksikan kisaran 3,2 – 4% atau titik tengahnya hanya 3,6% pada 2021. Sedangkan pada 2022 di kisaran 4,7 – 5,5% atau titik tengahnya hanya 5,1%.

Begitu pula dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan PDB riil Indonesia dari International Monetary Fund (IMF). IMF masih memproyeksikan hanya tumbuh 3,2% pada 2021 dan menjadi 5,94% pada 2022.

Angka pertumbuhan 2022 dari IMF seolah tinggi, namun dengan low baseline effect yang berturut-turut selama 3 tahun, maka nilai PDB riil nya justeru lebih tertahan. Jika memakai ukuran pulih berupa besaran PDB riil hipotetis tanpa pandemi, maka masih belum pulih hingga tahun 2026.

Pemulihan dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDB riil sejatinya juga perlu diperiksa dalam aspek “kualitasnya”. Salah satu aspeknya terkait sektor mana saja yang telah mulai tumbuh cepat dan yang masih lambat, serta bagaimana dibanding dengan sebelum pandemi.

Perkembangan laju pertumbuhan tiga sektor berporsi terbesar ternyata masih tertahan pada 2021, setelah mengalami kontraksi atau penurunan signifikan pada 2020. Sektor pertanian hingga triwulan tiga 2021 hanya tumbuh 1,62%, padahal lintasannya sebelum pandemi di kisaran 4%. Sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,87%, lintasannya di kisaran 4,3%. Sedangkan sektor perdagangan, reparasi mobil dan motor memang telah tumbuh 4,34%, namun masih sedikit di bawah lintasannya.

Besaran pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021 bisa dikatakan “tertolong” oleh beberapa sektor yang justeru tumbuh di atas lintasannya. Di antaranya adalah sektor informasi dan komunikasi, sektor Jasa Kesehatan, dan Jasa Keuangan.