BARISAN.CO – Prof. Dr. Nasaruddin Umar MA selama ini dikenal sebagai intelektual muslim Indonesia yang berada di garda terdepan dalam mengupas isu-isu keislaman dan kebangsaan kontemporer. Reputasi keilmuwannya bukan hanya diakui di tingkat nasional, melainkan juga global.
Sebagai seorang da’i atau muballig, Prof. Nasar, demikian koleganya biasa menyapa, memiliki kelebihan dari aspek kedalaman substasi, serta narasi. Bahkan untuk aspek narasi, Imam Masjid Istiqlal tersebut mampu menyampaikan pesan dakwah secara efektif untuk segala objek/segmen dakwah (mad’u), melalui lisan, tulisan ataupun visual (televisi).
Kepiawaiannya tersebut kembali ia tunjukkan saat memberi sambutan dan sekaligus tausiyah pada Acara Penandatanganan Kerja Sama Antara Pemda Kabupaten Tegal dengan Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur”an (PTIQ) Jakarta, Jum’at (7/1/2022), di Pesantren Nurul Hikmah, Desa Towel, Kabupaten Tegal.
Selain dihadiri Bupati Tegal Umi Azizah, acara juga dihadiri ratusan santri dan santriwati Pondok Pesantren tersebut. Bahkan para santri menjadi target audien dan sasaran utama dakwah/tausiyah Prof. Nasar dengan metode dialogis (mujadalah), tanya-jawab.
Seolah terinspirasi dengan gaya pidato Presiden Joko Widodo yang terkadang diselingi dengan memberi hadiah/sovenir sepeda bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaannta. Sementara Prof. Nasar memberikan sejumlah uang bagi para santri yang benar menjawab pertanyaannya untuk memberi motivasi.
Untuk dapat hadiah, Prof. Nasar mengajukan sejumlah pertanyaan kepada para santri yang disebutnya sebagai malaikat kecil. Pertanyaannya seputar pengetahuan agama Islam, seperti: tentang Mimbar, Mihrab, MTQ, MHQ, Majelis Taklim, perbedaan madrasah dengan sekolah, dan sebagainya.
Dengan metode dakwah dialogis, para santri menjadi sangat aktif, antusias, dan responsif. Para santri seperti berebut menjawab pertanyaan Prof. Nasar. Model ceramah dialogis yang berlangsung sekitar satu jam, dirasakan berlalu begitu cepat.
Dakwah dialogis yang dilakukan Prof. Nasar sangat inspiratif. Karenanya patut ditiru dan diterapkan oleh para da’i dan daiyah. Tentu dengan tetap harus dimodifikasi dari sisi materi, narasi dan metode dakwah diadaptasi dengan segmen, target dan kebutuhan audien dakwah. [rif]