Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Kedepankan Nurani untuk Kikis Eksistensi Industri Pengisap

Redaksi
×

Kedepankan Nurani untuk Kikis Eksistensi Industri Pengisap

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Di tengah dinginnya malam pasca hujan turun, saya memesan GoCar karena waktu tengah memasuki tengah malam. Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam tiba di titik penjemputan. Saya pun segera membuka pintu penumpang dan disapa oleh pengemudi yang telah menunggu.

Pikiran membuncah setelah melihat berita mogok massal pengemudi yang menjadi mitra GoTo untuk layanan GoKilat atau GoSend Same Day Delivery sebelumnya. Tak bermaksud gapil, namun demi memenuhi keingintahuan, saya pun bertanya skema sharing profit yang diberlakukan perusahaan yang didirikan tahun 2010 tersebut.

Tanpa tedeng aling-aling, saya pun bertanya. “Di Gojek potongannya berapa, Pak?”

Tak langsung menjawab, driver tersebut menanyakan tarif yang dikenakan saat saya memesan layanan Gocar. Saya diam karena lupa.

Pengemudi itu mengatakan jika di aplikasi yang ia miliki akan mendapatkan Rp142.000. Saya pun langsung mengecek gawai dan melihat angka Rp182.000 sebagai biaya jasa yang saya gunakan. Artinya Rp40.000 sisanya akan masuk ke perusahaan.

“Pas awal-awal, kami maklum potongannya hanya 10 persen. Anggap saja biaya karyawan di sana dan lain-lain. Tapi, saya kasihan dengan pengemudi yang terima jarak pendek termasuk Goride,” kata pengemudi tersebut.

Memang jika dihitung seksama, potongan yang dikenakan sekitar 22 persen. Padahal tahun lalu, sejumlah politikus dari Komisi VI DPR telah meminta Gojek untuk mengurangi bahkan menghapus biaya potongan 20 persen di setiap transaksi yang dikenakan kepada mitranya. Hal itu akan membantu mitra pengemudi dalam menghadapi situasi sulit saat ini.

Di tengah pandemi seharusnya perusahaan dapat berempati. Namun, tak dapat dipungkiri jikalau masih ada perusahaan yang mengutamakan keuntungan di tengah pandemi seperti saat ini.

Sebagai manusia, pengemudi tersebut tak menampik jika ia harus lebih bersyukur jika dibandingkan mitra Gojek lainnya.

“Kasihannya lagi, pengemudi Gofood. Kadang mereka harus parkir di mall dan bahkan menunggu antrian panjang agar dapat mengantarkan pesanan. Tetapi, kadang-kadang mereka tak diberi penggantian uang parkir oleh konsumen,” lanjut driver tersebut.

Jika diingat-ingat ke belakang, seorang kawan enggan memberikan penggantian uang parkir ke pengemudi Gofood dengan alasan mereka telah mendapatkan upah dari biaya pengantaran. Sehingga menurutnya, tak perlu memberikannya.

Potongan yang diberlakukan itu bisa sangat berarti bagi mereka terutama yang terdampak pandemi saat ini. Maka, saya menyarankan mulai saat ini, demi saling membantu para driver sebaiknya kita mulai royal dalam artian memberikan uang tips kepada mereka.

Ketika pesanan telah terpenuhi, Gojek akan menawarkan tips bagi drivernya dimulai Rp2.500. Dari nominal yang dikirimkan akan membantu para driver untuk memenuhi kehidupan keluarganya.

Jika memang tak bisa memberikan uang tips, masih ada cara lain yaitu dengan mengajak mereka berbincang agar kita dapat mendengarkan keluh-kesah yang mereka tahan selama ini sebagai pejuang jalanan.

Memikirkan kerusakan sistem ekonomi takkan ada habisnya, Kapitalisme telah merobek nurani manusia. Sebab itulah, dimulai dari diri sendiri lakukan apapun yang kita mampu untuk membantu mereka dari jerat yang merongrong dan membuat banyak orang terkoyak. [dmr]