Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Ketika Anak Membangkang

Redaksi
×

Ketika Anak Membangkang

Sebarkan artikel ini

Seorang anak dengan gangguan perilaku membangkang biasanya; sering mengamuk, menolak melakukan apa yang diminta dan membuat kesal orang lain, lantas bagaimana mengatasi anak pembangkang

BARISAN.CO – Suatu hari Bu Lidia, guru kelas enam di salah satu sekolah swasta datang berdiskusi tentang kegiatan  kelas dengan saya. Ada bahasan yang terselip di antara masalah pelaksanaan kegiatan siswa, yaitu mengenai perilaku salah satu siswa yang dianggap  kurang taat dan cenderung membangkang atas beberapa aturan kelas yang sudah disepakati.

Perilaku membangkang tersebut rupanya sudah berjalan agak lama dan terasa sulit mengarahkan siswa kepada pemahaman dan kesadaran diri atas perilaku membangkangnya. Saya mencoba menggali lebih dalam permasalahan yang terkait dengan penyebab munculnya perilaku tersebut. Diskusi kita memanjang dan melintasi kurun waktu satu semester sebelum siswa tersebut duduk di kelas enam.

Saya menarik beberapa kesimpulan sementara, dan kami perlu waktu untuk mengkonfirmasi beberapa hal; kapan perilaku tersebut muncul, apakah ia membangkang untuk menunjukkan perasaan penolakan, atau menunjukkan keinginan yang belum terselesaikan, bagaimana guru menangani perilaku tersebut.

Dalam terminologi psikologi perkembangan anak, perilaku membangkang biasa disebut Oppositional Defiant Disorder  (ODD). Tanda-tanda ODD umumnya muncul saat awal masa pertumbuhan, prasekolah. Kemudian berkembang hingga remaja yang secara signifikan mengakibatkan   munculnya gangguan  terhadap  keluarga, kegiatan sosial, sekolah dan pekerjaan.

Ciri-ciri Anak Membangkang

Seorang anak dengan gangguan perilaku membangkang biasanya;

  • sering mengamuk
  • berdebat terus-menerus dengan orang dewasa
  • menolak melakukan apa yang diminta orang dewasa
  • selalu mempertanyakan aturan dan menolak mengikuti aturan
  • melakukan hal-hal yang mengganggu atau membuat kesal orang lain, termasuk orang tua atau guru
  • menyalahkan orang lain atas kelakuan buruk atau kesalahannya sendiri
  • mudah diganggu oleh orang lain
  • sering menunjukkan sikap marah
  • berbicara  kasar atau tidak ramah
  • melakukan balas dendam  

Perilaku tersebut dapat terjadi dengan pola yang konstan. Hal itu juga akan mengganggu kegiatan di sekolah  atau pekerjaan, di mana ada otoritas yang mengendalikan setiap individu melalui aturan.  

A man’s ethical behavior should be based efectually on simpathy, education, social ties and needsAlbert Einstein

Mengatasi Anak Pembangkang

Hal paling utama menurut saya adalah memahami situasi, kondisi anak, dan tentunya juga memahami diri kita sebagai orang dewasa (yang dianggap “beroposisi” dengannya).  Dalam penanganan siswa membangkang di sekolah, saya menemukan beberapa treatment yang kurang tepat.  

Semakin keras guru atau orangtua menghadapi anak dengan ODD, semakin kuat penentangan yang ditimbulkan, atau jika tidak muncul saat itu, balas dendam adalah sikap yang akan dipilih oleh anak.

Untuk membantu anak dengan perilaku membangkang dan mengetahui situasinya lebih menyeluruh, orangtua perlu memahami  relasi perilaku yang timbul dengan kebiasaan, sikap atau perilaku orangtua itu sendiri. Pembangkangan, ketidakpatuhan dan pemberontakan sering merupakan respons secara langsung kepada orang tua yang terlalu mengontrol, bersikap keras, atau terlalu protektif.  

Coba Anda masuk ke dunia anak Anda dan buat beberapa analisis untuk mempelajari apa yang ada di balik pembangkangan.  Misalnya mungkinkah ia  marah karena Anda  terlalu banyak memerintah? mungkinkah ia  merasa sakit hati karena ada saudaranya atau adik bayinya mendapat begitu banyak perhatian daripada bagi dirinya?

Anda biasanya dapat menebak apa yang terjadi dalam kehidupan anak/siswa Anda yang mungkin memicu pembangkangan. Anak Anda akan merasa divalidasi dan dipahami ketika Anda menebak dengan benar, namun jika Anda salah menebak, coba lagi.  

Sebagai orangtua atau guru, membiasakan fokus pada perilaku positif daripada perilaku  menentang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku yang baik. Itu mungkin membutuhkan beberapa waktu untuk menghilangkan rasa kesal atau amarah. Kebiasaan orangtua yang terfokus pada perilaku negatif anak menyulitkan untuk memahami apa yang sesungguhnya dirasakan anak, mengapa ia menunjukkan perilaku negatif, apa yang ia inginkan sehingga itu akan membuatnya bersikap kooperatif terhadap aturan.