Scroll untuk baca artikel
Blog

Mampukah Kita Sehari Saja Hidup Tanpa Internet?

Redaksi
×

Mampukah Kita Sehari Saja Hidup Tanpa Internet?

Sebarkan artikel ini
Oleh: Diautoriq Husain*

BARISAN.CO – “Jika selama ini belum terlalu disadari betapa erat jerat internet di kehidupan sehari-hari, pandemi COVID-19 mungkin dapat menunjukkan makin bergantungnya manusia terhadap teknologi ini,” tulis Satrio Pangarso Wisanggeni dalam ‘Internet yang Kian Erat Mencengkeram’, dimuat di Kompas Senin (21/12) lalu.

Begitulah saat ini, potret kehidupan manusia modern yang amat bergantung dengan internet. Tak terkecuali di Indonesia, bahkan sebelum pandemi COVID-19 datang, 64 persen penduduknya sudah memakai akses internet, dikutip dari hasil riset Hootsuite dan We Are Social yang dirilis pada akhir Januari 2020 lalu.

Apalagi ketika pandemi melanda, menurut We Are Social pada semester pertama tahun 2020, terjadi peningkatan akses pengguna internet mencapai 6 jam 43 menit per hari. Maka, dalam kondisi demikian agaknya sulit membayangkan jika dalam sehari saja kita tidak bisa mengakses internet.

Jangankan internet, tentu kita tidak lupa ketika whatsapp, youtube, dan instagram down, betapa bisingnya masyarakat mengeluhkan hal itu. Karena memang, Internet dan media sosial tidak dapat dinafikan lagi perannya amat vital dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sekedar bertukar kabar, membaca berita, bahkan sampai mencari uang.

Terlebih lagi saat pandemi, ketika perekonomian dunia lumpuh karenanya. Justru, raksasa teknologi “Big Tech” malah mampu meraup untung besar. Misalnya saja, platform konferensi video seperti Zoom, yang pada tahun ini pendapatannya melonjak hingga 367 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di mana partisipannya pada tahun sebelumnya hanya 10 juta per hari, kini mampu mencapai 300 juta per hari.

Bahkan, industri game juga ikut tumbuh akibat pandemi, lantaran banyak orang berupaya mengisi waktu luangnya ketika terisolasi di rumah. Dilansir dari laporan Newzoo, firma riset pasar, selama tahun 2020, industri game tumbuh hingga 19,6 persen, sebanyak 174,9 miliar dollar AS. Raihan ini melampaui prediksi awal, sebesar 159,3 miliar dollar AS.

Di samping itu, hoaks (berita bohong) dan peretasan masih menjadi momok masalah. Bahkan, saat pandemi pun hoaks dan disinformasi marak terjadi. Hal itu oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai infodemics. Yakni, tatkala informasi yang berkembang tentang pandemi malah lebih membahayakan dari pandemi itu sendiri.