Biasanya, kata berkah tersebut digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang memunculkan atau mengharapkan unsur kebajikan atau dapat dipahami juga sebagai doa. Terkadang, penggunaan kata barākah atau berkah tidak lagi melihat apakah dilekatkan kepada hal-hal yang baik atau hal-hal yang buruk.
Adapun konsep berkah, ada beberapa pengelompokan kata berkah dalam berbagai deriviansinya seperti derivasinya, yaitu bāraka, bāraknā, burika, tabāraka, barakātin, barakātuhu, mubārakun, mubārakan, mubārakatun. Kesemuanya mengacu pada maksud barakāh atau berkah.
Lantas bagaimana cara mendapatkan keberkahan? Salah satu agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt yakni bertakwa kepada Allah Swt dan mengamalkan ajaran dalam kitab suci Al-Qur’an.
Allah Swt berfirman dalam surah Al-An’am ayat 155:
وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ مُبَارَكٌ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al-An’am: 155).
Ayat di atas menjelaskan Al-Quran merupakan kitab suci yang diberkati Allah Swt. Seorang hamba hendaknya untuk mengikuti dan bertakwa agar diberikan rahmat. Hal ini perjelas Allah Swt melalui firmannya dalam Surah Al-A’raf ayat 96
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).
Sedangkan, berkah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Jadi jika ingin mendapatkan kebaikan dan manfaat bagi kehidupan hendaknya untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt.
Sementata, kebahagiaan dalam islam terminologinya berasal dari kata As-Sa’adah. Allah Swt berfirman dalam surah Hud ayat 105:
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِىٌّ وَسَعِيدٌ
Artinya: “Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.” (QS. Hud: 105).
Begitu juga Imam Al-Ghazali mendefinisikan kebahagiaan dengan istilah As-Sa’adah yang berhubungan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan yakni adalah kondisi jiwa yang tenang, tentram, damai tanpa suatu masalah, tanpa kekurangan apapun.