TIDAK dipungkiri saat ini, diberbagai institusi / perusahaan saat ini dominan diisi oleh secara besaran 2 kelompok yaitu Generasi Kolonial (Gen Baby boomers & Gen X) dan Generasi Millennial (Gen Y & Gen Z). Masing masing generasi memiliki kecenderungan karakteristik yang berbeda beda sebagai berikut :
- Generasi Baby boomers (1946-1964), memiliki sifat kompetitif, berorientasi pada pencapaian, berdedikasi, dan berfokus pada karir. Mereka disebut generasi gila kerja, tidak suka dikritik, tetapi suka mengritik generasi muda karena kurangnya etika kerja dan komitmen terhadap tempat kerja.
- Generasi X (1965-1980), generasi yang mandiri dan mulai mencari alternatif selain pekerjaan formal yang menghabiskan banyak waktu, dani berpikir untuk berwirausaha atau bekerja di rumah
- Generasi Y (1981 – 1994), dikenal pula sebagai generasi Millennial. menyukai hidup seimbang. Mereka pekerja keras tapi tetap mementingkan ‘me time’, diandalkan dalam hal kedisiplinan dan soal pemanfaatan teknologi (tech-savvy), punya kepercayaan diri yang baik dan tetap menjunjung tinggi kritik dan saran dari orang lain. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang dapat menunjang gaya hidupnya dan tetap bisa melakukan hobi yang mereka suka, memiliki passion yang besar dan sangat kreatif untuk membuat passion mereka menjadi sumber penghidupan.
- Generasi Z (1995 – 2010), dikenal dengan generasi yang sangat bergantung pada teknologi, gadget, dan aktivitas di media social, lebih memprioritaskan popularitas, jumlah followers dan like. Ketergantungan teknologi khususnya sosial media membuat mereka suka dengan hasil instan dan cepat, cenderung keras kepala, dan selalu terburu-buru.
Dalam keseharian di organisasi terkadang muncul perbedaan pandangan antara generasi kolonial dengan generasi millennial atas sesuatu hal tertentu dimana generasi kolonial selalu mengedepankan proses dalam menyelesaikan pekerjaan, etika dalam berinteraksi, fokus dalam bekerja, lebih menghargai saran dari konsultan serta komitmen.
Sementara itu, generasi millennial dalam bekerja sangat mengedepankan hasil pekerjaan walaupun dengan caranya sendiri, prinsip bekerja itu harus “happy” dan jika mengalami kesulitan mereka lebih senang mencari pada gadgetnya (search engine dan tutorial-tutorial yang ada di youtube dst) daripada berdiskusi dengan generasi kolonial.
Perbedaan karakteristik inilah di ruang lingkup pekerjaan, seolah tidak mulus dan sering mentok karena ada gap antar generasi di perusahaanya, kaum kolonial terkadang memandang bahwa generasi millennial kalo bekerja hanya bercanda melulu, ngga fokus, main handphone saja, susah seriusnya, berperilaku kurang sopan, menganggap gampang hal hal yang dianggap penting dan suka mengkritik.
Sementara kaum millennial rata-rata memandang generasi kolonial merupakan, kaum jadul, ngga update, kaku, rewel, banyak aturan dan susah menerima masukkan.
Nah inilah sekelumit yang terjadi yang dinamakan generation-gap dan rentang usia yang jauh membuat generasi kollonnial maupun Milenial umumnya kesulitan memahami perspektif masing-masing.
Pada saat pandemic covid-19 berlangsung, maka terjadi turbulensi terhadap seluruh aspek kehidupan sehingga sama sama merasakan kecemasan, kepanikan akan kesehatan, keselamatan dan dengan adanya program PPSB dilanjutkan dengan PPKM.
Semuanya terdorong untuk melaksanakan remote working dari rumah atau dikenal dengan Work From Home (WFH), Work From Office (WFO) dan Work From Anywhere (WFA), kekhawatiran yang sama akan berdampak terhadap pencapaian target kinerja tim karena kondisi ekonomi.
Semua perusahaan berusaha survive untuk menjaga agar tetap berdiri dalam menghadapi terpaan badai covid-19 dan meminimalisir untuk memberhentikan karyawannya. Sementara permasalahan risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko rentabilitas perusahaan menghantui didepan mata.
Atas kesamaan inilah, tentu peran sorang leader untuk memadukan kekuatan masing-masing karateristik setiap generasi menjadi kekuatan tim, karena menjelang era normal baru, tentunya perlu pemikiran pemikiran out of the box yang kreatif dan inovatif.