Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Mengenal Badai Sitokin, Penyebab Kematian Raditya Oloan

Redaksi
×

Mengenal Badai Sitokin, Penyebab Kematian Raditya Oloan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Pada umumnya virus corona menyebabkan Covid-19 dengan gejala ringan, namun tak sedikit berakibat fatal bagi orang lain. Bahkan beberapa pasien tak bisa diselamatkan meski sudah dinyatakan negatif.

Seperti yang terjadi pada pendakwah kondang Syekh Moh Ali Jaber pada Januari lalu. Ia meninggal dunia dalam kondisi negatif Covid-19.

Kejadian berulang terjadi pada Kamis (6/5/2021) kemarin. Raditya Oloan, suami dari aktris Joanna Alexandra meninggal dunia setelah berhasil melawan virus Covid-19 bersama istrinya.

Baik Syekh Ali Jaber maupun Raditya Oloan memiliki penyakit penyerta (komorbid). Komorbiditas diyakini memiliki pengaruh besar pada kematian akibat Covid-19.

Tapi ada faktor lainnya yang menyebabkan kematian Covid-19 selain komorbid yaitu badai sitokin (cytokin storm) atau dikenal dengan istilah Sindrom Sitokin Rilis (CRS) atau Sindrom Badai Sitokin (CSS).

Menurut Mukesh Kumar, Ph.D, ahli virologi dan imunologi Georgia State University di Atlanta, virus corona akan menggandakan dirinya dengan cepat setelah menginfeksi sel. Ada banyak tekanan pada sel dalam waktu singkat.

Sel mulai mengirimkan sinyal bahaya. Ketika setiap sel merasakan dan menyadari ada hal buruk yang terjadi, mereka meresponnya dengan membunuh dirinya sendiri. Cara ini adalah mekanisme perlindungan agar tidak menyebar ke sel lain.

Aktivitas sel tersebut tidak terlepas dari peran sitokin yakni protein yang mengomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespon infeksi.

Ketika seseorang memiliki banyak sel yang melakukan ini pada waktu bersamaan, banyak jaringan yang bisa mati. Pada Covid-19, jaringan tersebut sebagian besar berada di paru-paru. 

Jaringan paru-paru yang rusak mengakibatkan dinding kantung udara kecil paru-paru menjadi bocor dan berisi cairan. Akibatnya terjadi pneumonia dan kekurangan oksigen pada darah.

Kala paru-paru sangat rusak, sindrom gangguan pernapasan mengikuti. Kemudian organ lain mulai mengalami kegagalan.

Artinya sitokin bisa mengatasi infeksi akibat virus, tapi jika berlebihan akan berakibat fatal dan menyebabkan peradangan tinggi di berbagai organ.

Meledaknya sitokin tersebut disebut badai sitokin yang menyebabkan Raditya Oloan meninggal meski sudah dinyatakan negatif Covid-19.

Gejala umum yang ditimbulkan akibat badai sitokin adalah demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, nyeri otot dan persendian, mual, muntah, diare, ruam, pernapasan dan detak jantung yang cepat, tekanan darah rendah, kejang, sakit kepala, kebingungan, halusinasi, tremor, lesu dan kehilangan koordinasi.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab terjadinya badai sitokin pada seseorang. Namun, kondisi ini dapat dicegah dengan asupan gizi yang baik, konsumsi banyak sayuran dan buah, istirahat cukup, pengelolaan stres yang baik, tidak panik, tenang, selalu gembira, dan berpikir positif. [YSN]