Scroll untuk baca artikel
Blog

Nakula Menjadi Entitas Peradaban – Cerpen Vito Prasetyo

Redaksi
×

Nakula Menjadi Entitas Peradaban – Cerpen Vito Prasetyo

Sebarkan artikel ini

Konstelasi pemikiran manusia seperti “dewa” yang turun dari langit, kemudian membentuk kekuatan yang melibatkan orang banyak untuk membantunya. Membangun sebuah dinasti, apa yang disebut sebagai kapitalisme.

Jika pada cerita ini, Nakula dan Sadewa mencoba bergayung-sambut untuk mengingatkan catatan hampir dua tahun lalu, maka tidak ada salahnya pandemi covid-19 menjadi kilas balik. Hingga kemudian masa kini, muncul dengan pengertian baru, serta keterangan-keterangan lainnya yang berada dalam lingkaran kapitalisme. Meski ini, dengan gaya bahasa rekayasa yang menghaluskan makna tersebut, karena dampaknya sangat luas (global).

   “Sebaiknya, kita pergi dari bumi, Sadewa.”

   “Betul Nakula, dimensi kita bukan disini.”

Kita baru sadar, bahwa ada dimensi ruang yang tak mampu dijangkau manusia secara cepat dan dengan keterbatasan “kasat mata”. Pandemi Covid-19, bukanlah barang gaib, bukan dewa yang muncul begitu saja tanpa sebab akibat. Maka ketika wilayah Wuhan di China terserang wabah ini, semua “mata dunia” seakan terbuka lebar dan peran nalar logika manusia menjadi terbatas (sempit). Dimana-mana muncul rasa ketakutan, cemas, panik hingga entitas manusia seperti kehilangan kekuasaannya.

Dalil pembenaran pikiran manusia menghadapi ujian dan cobaan. Dimana kita harus mencari perlindungan!? Semua bangkit untuk mencari dimanakah sejatinya yang dikatakan Tuhan sebagai tempat berlindung, meski hanya dalam wujud doa.

Ketika di sebagian penjuru dunia mencari penangkal untuk mendapatkan anti virus ini, wabah Covid-19 terus bergerak mencari korban. Tidak pandang bulu, garis depan yang berjuang untuk menyembuhkan orang lain juga menjadi korban.Di antara kita, melihat bencana ini mulai kehilangan nalar, mulai goyah dengan apa yang dititipkan sebagai amanat orang beragama (mengenal Tuhan). Prinsip humanisme (kemanusiaan) tidak lagi dianggap dalil untuk memanusiakan manusia.

Entah kapan, kondisi yang dialami seperti saat ini, menjadi sebuah cerita sejarah. Dimana-mana orang menjadi lakon hidup, seakan kita membaca nukilan cerita wayang yang dimainkan oleh para dewa. Masa dimana sebuah peradaban yang melahirkan berbagai versi cerita, sebuah cerita fiksi yang tersusun alur tokoh, protagonis dan antagonis, dan dibumbui kisah asmara, sehingga menjadi rebutan “para dewi” karena ketampanannya bahkan melebihi saudara kembarnya, Sadewa. Cerita wayang ini menjadikan inspirasi manusia untuk memanifestasikan pikirannya dalam perubahan-perubahan zaman.

Apakah Nakula mampu menjadi tokoh “jika” seandainya ia adalah makhluk dengan entitas manusia yang betul-betul nyata? Maka pandemi covid-19 sebagai “tokoh antagonis” yang bermusuhan dengan kekuatan pikiran manusia, yang mungkin sudah pada batas berlebihan. Sementara manusia terus mengejar tantangan zaman, membangun dinasti kapitalis, berpikir “kedewaan” yang ingin meng-esa-kan pikirannya dengan sumber segala sumber ilmu di dunia.