Negara-negara G20 gagal berjanji untuk menyelaraskan tujuan perlindungan iklim nasional mereka yang tidak mencukupi dengan Perjanjian Paris, juga tidak berkomitmen untuk beralih dari energi fosil dan subsidi, dan malah memperluas energi terbarukan.
“Dalam banyak hal yang secara fundamental penting, dan dengan begitu banyak yang dipertaruhkan, KTT G20 ini sebagian besar berakhir kosong dan kehilangan,” tegasnya.
Sementara, Indonesia adalah salah satu negara anggota G20. Pada tahun ini, KTT G20 berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.
Padahal, Indonesia bukan termasuk negara kaya, seperti Amerika Serikat. Menjawab hal itu, Ekonom, Awalil Rizky mengatakan, secara ukuran ekonominya besar karena jumlah penduduknya banyak.
“Secara total PDB jadi banyak, seperti India,” kata Awalil kepada Barisanco, Selasa (22/11/2022).
Namun, melihat World Economic Outlook April 2022, Indonesia berada di urutan ke 102 berdasarkan GDP. Sementara, Luksemburg, Singapura, Irlandia, Qatar, Makau, Swiss, Uni Emirat Arab, Norwegia, Amerika Serikat, dan Brunei Darusalam berada di urutan teratas sebagai negara paling kaya di dunia.
Awalil berpendapat, itu kalau PDB per kapita atau PDB dibagi jumlah penduduk.
“G20 antara lain Brasil, Argentina, dan Meksiko juga karena jumlah penduduknya yang banyak. G20 memang kepentingan negara besar, lebih ke ekonomi dan geopolitik,” papar Awalil.
Sementara soal iklim, kemiskinan, dan lain-lain, Awalil menyebut, itu hanya aksesori.
“Memang sebagai negara mereka punya niat baik kayak manusia? Yang ada kepentingan,” tegasnya.
KTT G20 Bali menghabiskan anggaran negara sebesar Rp526 miliar, namun Awalil menyampaikan itu bukan sekadar serenomi semata.
“Bukan seremoni, yang tidak banyak dipublikasi soal dagang dan kesepakatan investasi dan utang. Soal biaya, Indonesia dikadali saja, ditambah oknum sini manfaatkan jadi proyek,” pungkasnya.