Scroll untuk baca artikel
Blog

Pengamat: Kekuatan Militer Indonesia Masih Jauh di Bawah Standar

Redaksi
×

Pengamat: Kekuatan Militer Indonesia Masih Jauh di Bawah Standar

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COKonflik antara Israel dan Palestina belum juga berakhir. Militer Israel diakui sebagai salah satu yang paling kuat di dunia.

Itu tak mengherankan. Beberapa sumber menyebut Israel bisa menjadi kuat lantaran didukung penuh oleh Amerika Serikat. Bahkan bukan hanya dana, melainkan juga kelengkapan senjata.

Menurut analis pertahanan dan keamanan Dr Ade Muhammad, kekuatan Israel itu membuat readiliness militernya mendekati angka 100 persen.

Sebagai perbandingan, Ade Muhammad menyebut bahwa readiliness Indonesia hanya 59 persen.

“Standar readiliness itu ada di angka 90 persen. Artinya, kekuatan militer Indonesia jauh tertinggal dibawah Israel,” kata Ade saat dihubungi tim Barisanco, Rabu (19/5/2021).

Indonesia bukan hanya tertinggal di urusan readiliness, namun juga anggaran belanja yang dikeluarkan. Ade menyebut anggaran belanja militer Israel untuk tahun 2019 mencapai US$20,46 miliar. Sedangkan Indonesia pada tahun 2020 mengalokasikan dana senilai US$9,26 miliar.

“Indonesia memang memiliki berbagai jenis senjata, namun karena terlalu banyak itulah perawatannya akan bermasalah terutama untuk senjata dari luar negeri. Jadinya tidak sustainable,” lanjut Ade.

Ade menambahkan anggaran pertahanan Indonesia di tahun 2020 mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan tahun 2009 dari Rp33,67 triliun menjadi Rp131 triliun. Namun Ade menilai, peningkatan anggaran tersebut tidak berdampak pada peningkatan readiliness. Di tahun 2009, readiliness hanya 35% dan hanya meningkat menjadi 59% di tahun 2020.

“Dalam sistem pertahanan Indonesia ada miss-management, namun bukan berarti itu kesalahan manajernya, melainkan struktur aturan fungsi yang ada,” pungkas Ade.

Dalam jurnal berjudul Redesigning the Structure of Republic Indonesian Defense System; An Analysis of System Thinking yang ditulis oleh Ade bersama Muhammad Tasrif dan Sri Hartanti, disebutkan salah satu kendala internal dalam sistem pertahanan ialah belum dimilikinya standar persenjataan, transportasi, telekomunikasi, logistik, dan sistem medis yang mencukupi.

Hal tersebut dinilai dapat menyebabkan masalah logistik dan pemeliharaan yang buruk dalam sistem pengoperasian.

Padahal di satu sisi, mengupayakan keamanan nasional di tanah air tidaklah mudah. Itu adalah gabungan dari berbagai aspek seperti militer, intelijen, hingga Departemen Dalam Negeri yang menjadi pemahaman dalam struktur negara demokratis.

Dalam pada itu, jika mendambakan militer yang kuat, menjadi penting untuk mulai membenahi persoalan satu per satu. Para peneliti menyarankan hal pertama yang perlu dilakukan ialah mengubah struktur ketatanegaraannya dari konstitusi demokratis menjadi struktur yang lebih universal. [dmr]