Scroll untuk baca artikel
Blog

Pentingnya Memimpin dengan Integritas di Era Pandemi [Bagian 1]

Redaksi
×

Pentingnya Memimpin dengan Integritas di Era Pandemi [Bagian 1]

Sebarkan artikel ini
Oleh: Hendrizal Adnan

“The supreme quality for leadership is unquestionably integrity. Without it, no real success is possible, whether it is on a section gang, a football field, in an army, or in an office.”—Dwight D. Eisenhower.

Beberapa tahun terakhir dunia bisnis dihebohkan dengan istilah VUCA, di mana perubahan begitu cepat sehingga perusahaan harus mampu menyesuaikan diri jika masih ingin tetap bertahan. Perkembangan teknologi dan permintaan pelanggan membuat umur produk hanya sebentar, keberlangsungan perusahaan menjadi lebih pendek.

Apa itu VUCA? VUCA merupakan akronim dari volatility (gejolak), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas) dan ambiguity (ketidakjelasan). Bekerja di lingkungan VUCA, membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi secara lincah, tangkas, dan cekatan.

Namun sekarang, dunia bisnis yang masih tertatih-tatih di era VUCA, telah bergerak ke arah tak terduga yaitu ketidakpastian dan ketidakbiasaan yang disebabkan pandemi Covid-19. Tatanan sosial, ekonomi dan bisnis global porak-poranda. Tak sedikit perusahaan gulung tikar.

Kita belum mengetahui kapan pandemi ini akan berakhir. Kita juga belum mengetahui apa yang akan terjadi di waktu mendatang. Ketidakpastian muncul karena kita belum mampu memprediksi apa yang akan terjadi.

Selain vaksin yang masih belum sepenuhnya memberikan hasil yang efektif, telah muncul varian baru yang memiliki daya paparan sangat cepat.

Pandemi Covid-19 merubah perilaku dan gaya hidup manusia. Semakin sedikit orang yang bepergian keluar rumah, belanja seperlunya, dan melakukan berbagai transaksi melalui online. Pembatasan sosial menyebabkan berbagai aktivitas bisnis harus dilakukan secara jarak jauh. Pegawai pun bekerja dari rumah (work from home).

Sektor bisnis yang masih mampu bertahan dan cenderung berkembang menggunakan platform aplikasi online adalah kebutuhan pokok, kesehatan dan telekomunikasi, sedangkan sektor yang paling terkena dampak pandemi adalah transportasi, pariwisata, perhotelan, ritel offline dan pusat perbelanjaan.

Adapun dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia bisnis antara lain:

  1. Ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan pegawai.
  2. Terganggunya rantai pasokan (supply chain) dan langkanya bahan baku.
  3. Perubahan pola dan aktivitas bisnis secara konvensional dalam pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan operasional.
  4. Perubahan perilaku, cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan konsumen.
  5. Penurunan penjualan disebabkan mobilitas dan aktivitas manusia berkurang, penurunan daya beli dan terhambatnya pasokan.
  6. Penghematan dan pemangkasan biaya agar perusahaan tetap terus beroperasi.
  7. Pengetatan likuiditas karena aliran kas terganggu.

Lalu, apa hubungan pandemi dengan kepemimpinan integritas?

Di era pandemi ini, kita tidak bisa lagi melakukan kepemimpinan dengan cara-cara yang konvensional. Perusahaan harus mampu beradaptasi dengan pandemi agar masih dapat bertahan dan keluar dari krisis. Di sinilah dibutuhkan kemampuan dan integritas seorang pemimpin di masa krisis. 

Banyak pemimpin tidak siap menghadapi ketidakpastian yang tinggi ini. Wabah yang berskala besar, ketidakpastian dan ketidakbiasaan yang dihadapi telah menyulitkan para pemimpin untuk mengatasinya.

Ketidaksiapan para pemimpin dapat disebabkan berbagai hal seperti tidak memahami krisis yang terjadi, tidak memiliki data dan informasi yang lengkap, panik, tidak memahami dampak dan risiko hingga tindakan yang ditempuh. Banyak kita lihat pemimpin, terutama pejabat publik sejak awal menyederhanakan pandemi ini. Berbagai pernyataan dan kebijakan yang dikeluarkan ada yang tidak fokus, bahkan kontra produktif.

Bagi pegawai, kondisi seperti ini sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki kepiawaian dalam menghadapi masa krisis.

Pegawai yang dalam suasana kebingungan dan kecemasan lebih memikirkan keselamatan dan masa depan mereka. Tindakan tepat yang diambil oleh pemimpin akan menimbulkan rasa kepercayaan (trust).

Kemampuan dalam mengambil tindakan dan integritas pemimpin dalam masa kiris sedang diuji. Bagaimana dia merepons krisis dan menenangkan pegawai. Kemudian secara bersama-sama mencari upaya agar perusahaan mampu keluar dari krisis dan meyakinkan stakeholder.