Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Pentingnya Sugesti untuk Maksimalisasi Kinerja Obat

Redaksi
×

Pentingnya Sugesti untuk Maksimalisasi Kinerja Obat

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Dewasa ini ketersedian dokter di tengah masyarakat semakin banyak. Disatu sisi ini hal baik yang tentu semakin mempermudah masyarakat mengaksesnya.

Namun di sisi lain ada anggapan yang meragukan kompetensi sebagian para dokter ini, terutama yang belum terkenal atau masih baru.. Kaitannya adalah mengenai anggapan bahwa dokter dokter yang dimaksud obatnya tidak manjur.

Atau sugesti buruk mengenai personal dokter terkait resep obat yang diberikan. Padahal sama sama dokter. Sama sama menempuh pendidikan yang setara, kompetensi yang sama dibidang medis.

Atau pada kasus lain penyintas penyakit kronis yang sudah berobat lama hingga bertahun tahun sempat terlintas pikiran bahwa apakah obat yang saya minum tidak berefek? Mengapa tidak kunjung sembuh?

Tentu variabel metode penyembuhan tidak hanya satu, namun secara konvensional kita mengenalnya dengan obat-obatan. Disisi lain tingkat kepercayaan atau sugesti beriringan dengan obat-obatan yang dikonsumsi.

Ya, manjur tidaknya sebuah obat yang diminum ternyata ikut dipengaruhi oleh kekuatan pikiran. Jika kita yakin obat tertentu tidak berkhasiat mengatasi penyakit, maka hal itu bisa menjadi kenyataan. Sebaliknya, khasiat suatu obat bisa ditingkatkan jika kita bisa memanipulasi pikiran.

Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine membuktikan hal tersebut. Penelitian dilakukan terhadap 22 pasien sehat yang diberi rangsang nyeri berupa alat pemanas yang ditempel ke kulit kaki.

Dalam skala 1-100, rata-rata pasien menilai nyeri tersebut memiliki skor 66. Kemudian para pasien diberi obat pereda nyeri yang cukup kuat, yakni remifentanil, yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah.

Namun para pasien tidak diberitahu jenis obatnya dan mereka menilai skor nyeri berkurang menjadi 55 setelah mendapatkan injeksi. Kemudian setelah diberi tahu yang disuntikkan adalah pereda sakit, skor nyeri kembali turun menjadi 39.

Selanjutnya, tanpa mengubah dosis, para peneliti memberitahu bahwa obatnya dihentikan. Serta merta skor nyeri mereka naik menjadi 64. Dengan kata lain, meski pasien diberi obat remifentanil mereka tetap merasakan nyeri seperti halnya jika tidak diberi obat sama sekali.

Pikiran mempengaruhi

. “Obat pereda nyeri yang kami berikan padahal termasuk obat analgesik paling baik tapi efeknya bisa berkurang atau bisa dibilang dihilangkan karena pengaruh pikiran,” kata profesor Irene Tracey dari Universitas Oxford yang melakukan riset ini.

Sugesti yang positif ternyata memengaruhi aktivitas otak di bagian yang berbeda dengan aktivitas yang berasal dari sugesti negatif. Hasil penelitian ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keakuratan studi klinis dalam menentukan efektivitas obat.

Para peneliti juga menyarankan pasien penyakit kronik yang sudah bertahun-tahun mengonsumsi obat untuk membuang sugesti-sugesti negatif demi kesembuhannya.

Penulis: Alfin Hidayat