Scroll untuk baca artikel
Fokus

Perempuan dan Perannya dalam Ekonomi

Redaksi
×

Perempuan dan Perannya dalam Ekonomi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Perjuangan kartini sepertinya membuahkan hasil sekarang. Perempuan tak lagi sekadar masak, macak, manak, kini mereka memiliki kesempatan untuk berkarir sama seperti kaum laki-laki.

Kartini hanya salah satu orang yang memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Masih ada Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Hj. Rangkayo Rasuna Said, Maria Walanda Maramis, dan lainnya.

Sejarah mencatat, perjuangan perempuan untuk setara dengan laki-laki tak hanya dilakukan di Indonesia, melainkan dunia. Sebab dulu, perempuan seringkali dipandang rendah dan diperlakukan tidak manusiawi.

Di Yunani misalnya. Perempuan dianggap sebagai penyebab segala penderitaan dan musibah, sehingga mereka kerap diperlakukan budak atau pelayan. Di China, orang tua tidak memberikan hak waris kepada anak perempuan.

Bangsa Yahudi tak kalah kejamnya. Pendeta boleh berzina dengan perempuan lain. Tentu kita sering mendengar cerita ini, nasib perempuan di zaman jahiliah sebelum kemunculan Rasulullah Saw. Mereka diperlakukan sangat biadab oleh bangsa arab. Ibu kandung bisa menjadi barang warisan, anak boleh mengawini ibunya. Ada juga masyarakat yang mengubur bayi perempuannya hidup-hidup.

Masuknya islam bak lilin di tengah kegelapan bagi perempuan. Agama ini mengangkat derajat perempuan dan memperlakukannya tanpa subordinasi.

Namun seiring berkembangnya zaman, masih saja ada ragam masalah tentang ketimpangan gender. Bedanya perempuan mulai berani bersuara. Pada 1908, sebanyak 15.000 perempuan melakukan aksi demo di New York, Amerika serikat (AS). Mereka menyuarakan hak peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja.

Demonstrasi berlanjut pada 8 Maret 1917 di Saint Petersburg, Rusia. Ribuan perempuan Rusia turun ke jalan dalam aksi “Roti dan Perdamaian” untuk memprotes kebijakan Tsar Nicholas II. Aksi itu memicu terjadinya Revolusi Rusia.

Hingga pada 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Pada 2011, mantan Presiden AS Barack Obama menetapkan Maret sebagai ‘Bulan Sejarah Perempuan’.

Para perempuan dunia kemudian memanfaatkan Hari Perempuan Internasional untuk menyuarakan hak–haknya setiap tahunnya.

Pahlawan bagi Ekonomi Indonesia

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan geliat ekonomi.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2017, proporsi pelaku ekonomi di sektor UMKM mencapai 64.194.057 unit usaha. Dengan kontribusi pada Produk Domestik Bruto 2018 mencapai 61, 07 persen.

Perempuan tak lepas dari peran penting tersebut. Badan Pusat Statistik mencatat porsi UMKM yang dikelola perempuan pada 2018 sebanyak 64,5 persen dari total UMKM yanga ada di Indonesia atau mencapai 37 juta UMKM.

Coba lihat sekeliling Anda. Mayoritas pemilik warung makanan adalah perempuan. Atau selama pandemi ini, ada saja ibu–ibu yang menjual dagangan di media sosial. Dari produk makanan, fashion, obat-obatan hingga peralatan rumah tangga.

Karena kontribusi besarnya terhadap perkembangan UMKM, perempuan kini mendapat gelar sebagai pahlawan ekonomi. Seperti yang pernah diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki beberapa waktu lalu. Perempuan pengusaha dan perannya sangat strategis sebagai pahlawan ekonomi, khususnya di sektor koperasi dan UKM.

Teten menggunakan data Sensus Ekonomi 2016. “Perempuan pengusaha masih memimpin yakni dengan persentase sebesar 54,96 persen,” kata Teten seperti yang dilansir dari berita Tempo.

Perkembangan mode muslim di Indonesia juga tak lepas dari peran perempuan. Mayoritas pemiliknya adalah perempuan. Sebut saja Ria Miranda, Dian Pelangi, Restu Anggraini, dan Elidawati Ali Oemar. Mereka berkontribusi pada laju pertumbuhan ekonomi bangsa ini.