Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Perempuan Indonesia, Terjajah Sampai ke Kulit-kulitnya

:: Opini Barisan.co
7 Januari 2021
dalam Opini
Perempuan Indonesia, Terjajah Sampai ke Kulit-kulitnya

Ilustrasi: shutterstock

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp
Oleh: Anatasia Wahyudi

Bukan rahasia bahwa kebanyakan perempuan Indonesia punya impian muluk untuk memiliki kulit putih mengkilap-kilap. Lihat saja bagaimana produk kecantikan yang ada di iklan-iklan, hampir pasti termuat tendensi sedemikian: putih, cerah, bercahaya.

Dari mana datangnya keinginan ini. Kenapa ‘putih’ berkonotasi cantik, sementara ‘sawo matang’ bahkan tidak mendapat tempat dalam kesadaran perempuan Indonesia?

Boleh jadi idealisasi kulit putih ini berkat rendah dirinya perempuan Indonesia di hadapan wangsa kolonial yang datang ke nusantara. Walaupun ada juga yang mengatakan idealisasi kulit putih telah terjadi sebelum penjajah datang, namun, tetap bahwa kedatangan koloni adalah faktor yang kuat mendorong idealisasi tersebut.

Penjajah datang dan mengubah banyak tatanan. Lewat pendekatan kekuasaan, bangsa Barat sedemikian rupa meletakkan dirinya sebagai ras unggul di nusantara. Sedangkan pribumi adalah warga kelas ketiga.

BACAJUGA

Marie Edwards Walker: Pionir di Bidang Kedokteran dan Feminisme

Marie Edwards Walker: Pionir di Bidang Kedokteran dan Feminisme

11 Februari 2022
Timbul Kemerahan Pada Kulit? Berikut Cara Pengobatannya

Timbul Kemerahan Pada Kulit? Berikut Cara Pengobatannya

9 Desember 2021

Segregasi kelas sosial semacam itu kemudian berkembang menjadi warnaisasi. Karena orang Barat (yang punya modalitas kulit putih) menguasai hampir semua hal, maka orang pribumi menjadi kecil di hadapan mereka, sampai ke kulit-kulitnya yang sawo matang itu.

Dapat disimpulkan, modalitas simbolik ‘kulit putih’ menciptakan kekuasaan simbolik, dan kekuasaan simbolik melahirkan banyak sekali bentuk kekerasan simbolik. Bourdieu merekam dengan jelas soal kekerasan simbolik ini dalam teori-teorinya.

Menurut Bourdieu, modal simbolik ialah media yang mengantarkan relasi antara kekuasaan dan kekerasan. Ketika pemilik modal simbolik menggunakan kekuatannya yang ditujukan kepada pihak lain yang memiliki kekuasaan yang lemah, maka pihak lain tersebut akan berusaha mengubah tindakan-tindakannya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dari kekerasan simbolik melalui peran modal simbolik.

Produk dengan embel-embel memutihkan wajah atau kulit merupakan salah satu bentuk kekerasan simbolik berupa diskriminasi. Hal ini dikarenakan menciptakan stigma terhadap perempuan yang memiliki warna kulit tidak putih.

Selain itu juga iklan-iklan di media juga merupakan pembohongan publik karena warna kulit itu tergantung dari faktor keturunan, dan lainnya. Kiranya habis berbotol-botol produk whitening pun tidak akan memengaruhi faktor yang demikian kuat ini.

Kekerasan yang diciptakan oleh tayangan iklan juga melanggengkan perempuan berwarna kulit putih berkuasa atas perempuan berwarna kulit gelap. Jika dilihat, hampir seluruh iklan yang ada di Indonesia menggunakan model perempuan dengan warna kulit putih.

Menurut Luh Ayu Saraswati, munculnya fenomena pemutih kulit disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1) Terjajahnya ruang emosi berdasarkan gender

Penjajahan emosi sendiri terjadi ketika pemilik kekuasaan menekankan serta mendidik masyarakat untuk memiliki suatu perasaan tertentu. Dalam hal ini, penguasa tersebut menanamkan gagasan jika pemilik kulit gelap harus malu. Hal itu terlebih bagi perempuan.

2) Gagalnya pembentukan wacana kecantikan Indonesia pasca kolonial

Ketika Indonesia merdeka, salah satu nilai atau wacana baru yang dibentuk pasca kolonial ialah wacana kecantikan. Wacana kecantikan Indonesia yang terbentuk kala itu tentu berbau nasionalisme. Namun, ketika proses wacana kecantikan tersebut dilakukan, kemerdekaan emosi belum mengakar sepenuhnya. Sehingga nilai-nilai baru yang muncul masih mengacu pada nilai bangsa Barat.

Beragamnya tayangan produk pemutih membuktikan gagalnya pembentukan wacana kecantikan Indonesia. Cara yang dilakukan oleh banyak iklan pemutih tergolong eufemisme karena bekerja secara halus, tidak dapat dikenali, dan dapat dipilih secara tidak sadar.

Namun standar kecantikan perempuan di Indonesia seakan melihat bahwa yang cantik adalah yang putih. Perempuan berkulit gelap pun mencoba untuk menggunakan krim pemutih agar bisa sesuai dengan standar tersebut. Intimidasi yang dilakukan oleh tayangan sebuah iklan tak ayal membuat perempuan berkulit gelap menjadi rendah diri.

Untuk terbebas dari belenggu kekerasan simbolik tersebut yang harus dilakukan adalah memerdekakan ruang emosi dan berhenti menjadi alat penjajahan terhadap orang lain.

Dampak kekerasan simbolik itu halus, tak terasa tak dapat dilihat secara kasat mata bahkan oleh korbannya. Bentuk dari kekerasan simbolik juga hampir tidak menjadi inti perhatian dari berbagai pihak.

Jika diamati secara cermat dan mendalam, bentuk kekerasan simbolik dapat memberikan pengaruh cukup besar terutama bagi masyarakat secara keseluruhan. Kita jelas perlu, dengan cara apapun, menghentikan bentuk keterjajahan yang sedang terjadi ini. []


Anatasia Wahyudi, Staf Barisanco.

Topik: FeminismeKolonialismePerawatan Kulit
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Filosofi Pohon
Opini

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern
Opini

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus
Opini

Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus

15 Juli 2022
Diamnya Anies Menghadapi Fitnah, Tanda Kekuatan Seorang Muslim
Opini

Diamnya Anies Menghadapi Fitnah, Tanda Kekuatan Seorang Muslim

12 Juli 2022
Catatan Kelucuan di Negeri +62
Opini

Catatan Kelucuan di Negeri +62

12 Juli 2022
Lainnya
Selanjutnya
Covid-19

5 Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Varian Baru Covid-19

Utang Bertambah Rp1.227 Triliun karena Realisasi APBN 2020

Utang Bertambah Rp1.227 Triliun karena Realisasi APBN 2020

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

TKI di Peternakan Inggris Berisiko Terjerat Utang

TKI di Peternakan Inggris Berisiko Terjerat Utang

17 Agustus 2022
Gambaran Arah Kebijakan Jokowi dalam RAPBN 2023 

Gambaran Arah Kebijakan Jokowi dalam RAPBN 2023 

16 Agustus 2022
16 Parpol Tak Bisa Ikut Pemilu 2024, Ada Partai Berkarya dan Partai Masyumi

16 Parpol Tak Bisa Ikut Pemilu 2024, Ada Partai Berkarya dan Partai Masyumi

16 Agustus 2022
Warna Samba di Dunia Persepakbolaan

Warna Samba di Dunia Persepakbolaan

16 Agustus 2022
Ekonom: Indonesia Tidak Memiliki Rencana Industrialisasi yang Baik

Ekonom: Indonesia Tidak Memiliki Rencana Industrialisasi yang Baik

16 Agustus 2022
esai pendek

Esai Pendek

16 Agustus 2022
Tantangan Kaum Muda: Minim Pengalaman, Minim Pula Kesempatan

Tantangan Kaum Muda: Minim Pengalaman, Minim Pula Kesempatan

16 Agustus 2022

SOROTAN

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

:: Redaksi
14 Agustus 2022

Oleh: Laode Basir, Koordinator Relawan ANIES Satu simpul relawan yang makin aktif mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai Presiden menyebut dirinya...

Selengkapnya
Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang