Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Petani Bertambah Banyak, Pendapatannya Turun

Redaksi
×

Petani Bertambah Banyak, Pendapatannya Turun

Sebarkan artikel ini
Oleh: Awalil Rizky

Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh sektor atau lapangan usaha dan kondisi para pekerjanya. Sebagian besar sektor terdampak buruk, hingga ada yang mengalami kontraksi pada tahun 2020, atau produksi riilnya berkurang dibanding tahun 2020. Beberapa sektor memang masih bisa tumbuh, dan ada yang justeru meningkat.

Sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, kehutanan dan perikanan) masih bisa tumbuh sebesar 1,75%. Turun dibanding tahun 2019 yang sebesar 3,61%. Lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan 9 tahun sebelumnya (2011-2019) yang sebesar 3,95%.

Salah satu fenomena yang menarik adalah bertambahnya jumlah pekerja di sektor pertanian. Pada Agutus 2020 sebanyak 38,22 juta orang. Bertambah 2,78 juta orang dibanding Agustus 2019 yang sebanyak 35,45 juta orang. Padahal, 13 sektor lainnya menurun dalam hal jumlah pekerja. Sedangkan 3 sektor lainnya hanya mengalami sedikit penambahan pekerja.

Sektor pertanian menjadi salah satu penampung dari meningkatnya jumlah penganggur sebagai dampak pandemi. Pengangguran bertambah 2,67 juta orang, dari 7,10 juta orang pada Agustus 2019 menjadi 9,77 juta orang pada Agustus 2020.

Dengan demikian, meski total nilai tambah produksinya dalam PDB meningkat, rata-rata per orang justeru mengalami penurunan.

Nilai tambah sektor pertanian pada PDB nominal sebesar Rp2.115,1 triliun. Jika dibagi dengan jumlah pekerja diperoleh nilai Rp55,33 juta per orang. Lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp56,78 juta. Dalam perhitungan PDB menurut harga konstan, nilai tambah per orangnya sebesar Rp36,05 juta pada tahun 2020. Juga lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp38,21.

Fenomena turunnya nilai tambah produksi per orang pada PDB dalam sektor pertanian tersebut diperkuat oleh data BPS tentang keadaan pekerja terkait rata-rata upah atau pendapatan bersih sebulan.

Rata-rata upah/gaji/pendapatan bersih sebulan pekerja pada Agustus 2020 sebesar Rp2,45 juta. Pekerja dimaksud terdiri atas buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas di nonpertanian. Tidak termasuk yang berusaha sendiri atau berusaha dibantu buruh tetap ataupun tidak tetap.

Kondisi Agustus 2020 itu turun dari Agustus 2019 yang sebesar Rp2,63 juta. Dan jauh lebih rendah dari Februari 2020 yang sebesar Rp2,66 juta. Akibat pandemi sangat terlihat dalam hal ini. Biasanya kondisi Agustus lebih baik dari Februari pada tahun bersangkutan.

Dari 17 lapangan pekerjaan utama, sektor Pertanian merupakan yang terendah, hanya sebesar Rp1,36 juta. Turun dibanding Agustus 2019 (Rp1,49 juta) dan Februari 2020 (Rp1,48 juta).

Tampak bahwa nilainya jauh lebih rendah dari rata-rata seluruh sektor atau lapangan usaha. Sebagai perbandingan, dapat diinformasikan data upah atau pendapatan bersih beberapa sektor lainnya. Di antaranya adalah: Industri Pengolahan (Rp2,54 juta), Pertambangan dan Penggalian (Rp3,82 juta), Jasa Keuangan dan Asuransi (Rp4,14 juta).

Di antara 39,22 juta pekerja di sektor pertanian tadi terdapat mereka yang secara status disebut berstatus pekerja bebas di pertanian sebanyak 5,92 juta orang. Jumlahnya bertambah 640 ribu orang dari Agustus 2019 yang sebanyak 5,28 juta orang. Pekerja dengan status ini pada umumnya merupakan buruh tani.

Upah nominal harian buruh tani nasional diumumkan oleh BPS mencapai Rp54.650 pada Februari 2020. Sedangkan upah riil yang telah memperhitungkan indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (tahun dasar 2018) hanya sebesar Rp52.430. Upah nominal cenderung mengalami kenaikan, sedangkan upah riil cenderung turun. Baik pada data menurut tahun dasar 2012, maupun tahun dasar 2018 yang mulai dipakai untuk data sejak tahun 2019.