Scroll untuk baca artikel
Opini

Bos Djarum Surati Presiden! Saatnya Dirikan Perusahaan Rokok Nasional

Redaksi
×

Bos Djarum Surati Presiden! Saatnya Dirikan Perusahaan Rokok Nasional

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Saya tergolong perokok aktif. Sebagai perokok tentu saya heran, ketika viral surat pemilik Perusahaan Rokok Djarum kirim surat ke Presiden Joko Widodo. Orang terkaya di Indonesia Budi Hartono kirim surat setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan Kebijkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Jika dihitung sisi ekonomi kebijakan PSBB sangat menguntungkan perusahaan rokok. Sebab mengharuskan masyarakat stay at home dan bekerja di rumah. Jika biasanya di kantor ada larangan merokok, sekarang sambil work at home, bisa bekerja sambil menikmati rokok. Kebutuhan rokok ternyata membengkak, seperti yang saya alami.

Namun ternyata surat Bos Djarum Budi Hartono tak ada kaitannya dengan bisnis perusahaannya. Justru memberikan masukan kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kebijakan supaya pemerintah memiliki ketegasan soal aturan dan sanksi-sanksi.

Bahkan memberikan masukan supaya perekonomian tetap berjalan dan masyarakat sebagai motor perekonomian untuk tegak di pandemi covid-19.

Rokok Tingwe

Persoalan ekonomi dan hubungannya dengan saya sebagai perokok aktif. Saya membayangkan pemerintah memiliki perusahaan rokok nasional. Mengutip health.detik.com, jumlah perokok dari tahun ke tahun bukannya berkurang. Namun terus mengalami peningkatan.

Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), dr Widyastuti Soerojo, MSC, mengatakan bahwa dalam satu dekade terakhir jumlah perokok pemula meningkat hingga 240 persen.

Satu dekade terakhir peningkatannya 240 persen, dari 9,6 persen tahun 2007 menjadi 23,1 persen tahun 2018. Jadi dalam 11 tahun itu peningkatannya 240 persen pada usia SD, SMP 10-14 tahun. Usia yang lebih tua 15-19 naiknya 140 persen. Bahkan setiap tahun di Indonesia, ada sekitar 225.700 meninggal akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan tembakau.

Mengutip money.kompas.com, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Sahmihudin menyatakan, kesejahteraan petani tembakau sudah terpengaruh kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen dan harga jual eceran rokok sebesar 35 persen.

Kesejahteraan petani tembakau juga terkena imbas pandemi Covid-19. Maka dipandang perlu Pemerintah memperhatikan para petani tembakau dan pekerja di industri rokok.

Namun perlu diketahui, gelombang dasyat pandemi Covid-19 juga menumbuhkan gaya hidup baru seputar rokok yakni roko Tingwe atau ngelinting dewe.

Saat ini mulai menjamur toko-toko penjual tembakau. Beragam jenis tembakau dijual. Terkait rasa juga ada yang mirip dengan rokok merek terkenal seperti Djarum, Dji Sam Soe, Sampoerna, maupun Gudang Garam.

Rokok Tingwe atau rokok membuat sendiri dengan cara menggulung mulai digemari. Daya konsumsi rokok yang tinggi di Indonesia. Menyebabkan gaya hidup baru di kalangan masyarakat, karena rokok tingwe dapat menekan biaya pengeluaran rokok.

Wah..keren ya. Jika pemerintah memiliki perusahaan rokok nasional baik jenis rokok filter maupun rokok kretek. Begitu juga dengan rokok tingwe menjadi gaya hidup nasional. Saya sudah merokok hari ini.

15/09/2020